...akan mengurangi kesempatan tamatan SMA dan sederajat dari sekolah di daerah terpencil untuk masuk perguruan tinggi negeri..."
Kendari (ANTARA News) - Rektor Universitas Haoluoe Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Prof Dr Ir H Usman Rianse MSc, menilai kebijakan pemerintah menerapkan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) lewat jalur undangan, akan mengurangi beban keuangan negara.

"Penerapan kebijakan itu, akan menguntungkan negara karena tidak perlu lagi mengeluarkan anggaran besar untuk membiayai ujian SMPTN seperti selama ini," katanya di Kendari, Jum`at.

Untuk diterima masuk perguruan tinggi negeri kata dia, panitia seleksi tidak perlu lagi menyelenggarakan ujian yang biayanya cukup besar, melainkan cukup melihat nilai Ujian Naional (UN) dari para calon mahasiswa.

Mereka yang memiliki nilai UN yang tinggi ujarnya, praktis bisa langsung diterima sepanjang daya tampung perguruan tinggi negeri bersangkutan masih memungkinkan.

Selain itu kata dia, kebijakan tersebut juga akan membuka peluang bagi anak-anak bangsa dari kalangan keluarga ekonomi lemah yang memiliki prestasi pendidikan yang baik, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri.

Sebab melalui kebijakan tersebut, para calon mahasiswa tidak lagi dibebani dengan biaya pendaftaran.

Bahkan ujarnya, mereka yang memiliki prestasi yang baik, selain kuliah gratis, juga bisa mendapatkan beasiswa dari pihak pemerintah.

"Itu sisi positif yang saya lihat dari penerapan kebijakan pemerintah tentang sistim pendidikan yang baru," katanya.

Sedangkan kelemahan dari kebijakan tersebut menurut rektor Usman, akan mengurangi kesempatan anak-anak tamatan SMA dan sederajat di daerah-daerah terpencil untuk kuliah diperguruan tinggi negeri, karena nilai UN yang menjadi standar kelulusan SMPTN, akan kalah tinggi dengan tamatan dari sekolah di dalam kota.

"Sekolah di daerah terpencil, sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia, masih serba terbatas. Praktis, kemampuan anak-anak didik menyerap pelajaran juga sangat terbatas," katanya.

Sedangkan sekolah di dalam kota, fasilitas pendidikan rata-rata sudah sangat memadai, sehingga tingkat kemampuan anak memahami pelajaran lebih baik dibanding dengan di daerah terpencil.

Selain itu, anak-anak dari daerah terpencil, juga kesulitan mengakses informasi tentang cara-cara mengikuti SMPTN yang sudah menggunakan sistim IT (teknologi informasi).

"Kedua masalah itu yang akan mengurangi kesempatan tamatan SMA dan sederajat dari sekolah di daerah terpencil untuk masuk perguruan tinggi negeri melalui kebijakan pemerintah yang baru itu," katanya. (SO32)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012