London, Inggris (ANTARA) - Ghana menjadi negara pertama yang menyetujui vaksin malaria buatan Universitas Oxford. Anak-anak di bawah umur tiga tahun akan menjadi yang pertama merasakan manfaat vaksin ini.

Penyakit yang dibawa nyamuk itu membunuh lebih dari 600 ribu orang setiap tahun yang sebagian besar anak-anak di Afrika. Bertahun-tahun lamanya, para peneliti berupaya menciptakan vaksin ini.

Belum diketahui secara pasti kapan vaksind buatan Oxford itu beredar di Ghana.

Umumnya vaksin anak-anak di Afrika ditalangi organisasi-organisasi internasional semacam Gavi dan Unicef setelah disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang meninjau keamanan dan efektivitas vaksin.

Namun, peneliti Oxford Adrian Hill mengungkapkan badan pengawas obat-obatan Ghana sudah menyetujui vaksin tersebut untuk kelompok umur paling rentan terkena malaria, yaitu anak-anak berusia 5 bulan sampai 36 bulan.

Badan obat-obatan Ghana itu bersepakat dengan Institut Serum India untuk memproduksi 200 juta dosis vaksin setiap tahun.

Baca juga: BioNTech mulai ujicoba vaksin malaria

Ini pertama kali vaksin penting disetujui oleh sebuah negara Afrika terlebih dahulu sebelum disetujui negara-negara maju, kata Hill.

Menurut dia, tidak biasanya badan pengawas di Afrika meninjau data lebih cepat dibandingkan dengan yang dilakukan WHO.

"Terlebih sejak COVID, badan-badan regulasi di Afrika mengambil sikap lebih proaktif dengan mengatakan mereka tidak ini menjadi yang terakhir dalam antrean," sambung Hill.

Mosquirix, vaksin malaria pertama yang dibuat produsen obat-obatan GSK dari Inggris, dipromosikan oleh WHO tahun lalu, setelah bekerja selama puluhan tahun. Namun kurangnya pembiayaan dan prospek komersil akhirnya perusahaan ini tidak bisa berproduksi sesuai jumlah yang dibutuhkan.

Ghana, Kenya, dan Malawi adalah masuk program percontohan untuk peluncuran Mosquirix. Dalam beberapa bulan terakhir mereka sudah menyalurkan vaksin ini.

Sejak program tersebut dimulai pada 2019, 1,2 juta anak-anak dari tiga negara tersebut sudah mendapatkan paling sedikit satu dosis vaksin tersebut. WHO mengatakan bulan lalu bahwa di tempat-tempat di mana vaksin tersebut banyak disuntikkan, tingkat kematian anak akibat berbagai sebab turun 10 persen.

Baca juga: Gavi ajak negara-negara Afrika ajukan bantuan vaksin malaria

Data fase pertengahan uji vaksin Oxford yang melibatkan 400 anak sudah dipublikasikan dalam sebuah jurnal kesehatan September tahun lalu.

12 bulan setelah dosis keempat, keefektifan vaksin terpantau 80 persen pada kelompok penerima vaksin dengan komponen pembantu lebih tinggi, dan 70 persen pada kelompok yang menerima vaksin dengan komponen pembantu lebih rendah.

Vaksin-vaksin tersebut disuntikkan sebelum musim malaria melanda Burkina Faso.

Data dari fase 3 uji klinis di Burkina Faso, Kenya, Mali, dan Tanzania, yang melibatkan 4.800 anak, kemungkinan dipublikasikan dalam sebuah jurnal medis beberapa bulan ke depan.

Namun, data fase akhir yang setara performa pada uji fase kedua, sudah dibagikan kepada otoritas-otoritas pengawas dalam enam bulan terakhir, tutup Hill.

Baca juga: WHO: Kasus malaria global meningkat lebih lambat pada 2021

Sumber: Reuters
 

Penerjemah: Mecca Yumna
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023