Jakarta (ANTARA) - Falga Group Indonesia melalui anak perusahaan PT Cipta Sanalida Utama telah menyelesaikan proyek konstruksi berkonsep Sustainable Construction untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Terminal LPG di Kota Jayapura, Provinsi Papua, sebagai upaya mewujudkan Net Zero Emission 2060.

CEO & Managing Partner Falga Group Ronald Edy Simamora dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat, menyampaikan penerapan Sustainable Construction pada proyek tersebut meliputi penggunaan material emisi rendah, seperti jendela emisi rendah yang mampu mengurangi paparan sinar matahari dari luar ruangan.

"Lalu ada juga material yang explosion proof tahan ledakan sehingga mengurangi dampak sosial seperti kabel explosion proof, cctv explosion proof, dan sebagainya," ujar Ronald.

Dia menjelaskan proyek tersebut juga menggunakan Terminal Automation System (TAS) yang berguna untuk mengoptimalkan penggunaan energi dan juga mengurangi emisi karbon, serta menggunakan material recycle yang bisa didaur ulang.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya memiliki tenaga kerja bersertifikasi green building, sehingga semua bangunan yang dibangun terjamin ramah lingkungan.

"Lalu kami juga mempekerjakan 60 persen warga lokal dengan tujuan memberikan dampak sosial revenue ke masyarakat juga kami menerapkan workplace diversity dimana kami menggandeng kaum difabel untuk pekerjaan tertentu," ujar Ronald.

Dia menjelaskan proyek-proyek yang menerapkan Sustainable Construction seperti itu harus terus berlanjut dikarenakan produk gedung ramah lingkungan yang dihasilkan memiliki banyak manfaat.

Menurut dia, gedung ramah lingkungan bisa mengurangi emisi karbon hingga 34 persen, serta hemat sumber daya.

US Green Building Council melaporkan, gedung ramah lingkungan bisa menghemat energi hingga 30 persen, menghemat air 50 persen, serta dari aspek finansial bisa menambah pada kenaikan nilai properti.

Sementara CoStar US melaporkan, ketika gedung menerapkan konsep ramah lingkungan, nilai rental bisa naik hingga 10,9 persen, dan nilai jual properti naik hingga 13,1 persen.

Kemudian, berdasarkan penelitian National Institute of Standards and Technology, gedung ramah lingkungan mempunyai average life spend hingga 60 tahun, atau lebih lama dibandingkan gedung konvensional yang hanya 40 hingga 50 tahun.

Ronald mengungkapkan agar konsep Sustainable Construction bisa terus berjalan dan meningkat penggunaannya, diperlukan dukungan dari pemerintah, swasta dan masyarakat.

"Karena pengalaman kami di lapangan ketika impor barang butuh 17-20 persen dana dari harga beli, dan ada juga insentif ijin yang tolong dipercepat untuk proyek berkelanjutan," ujar Ronald.

Salah satunya, dukungan seperti grand funding atau tunjangan dana, dukungan insentif pajak, yang mana pengusaha harus mendapatkan pengurangan pajak penghasilan dan bebas pajak biaya impor.

Baca juga: Bappenas : SDGs Annual Conference dorong ekonomi hijau capai SDGs 2030
Baca juga: Kementerian Investasi luncurkan Panduan Investasi Lestari
Baca juga: Kadin: Konsep kota pintar IKN akan menjadi bukti pencapaian SDGs


 

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Citro Atmoko
Copyright © ANTARA 2023