Singapura (ANTARA) - Dolar AS jatuh ke level terendah satu tahun terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di sesi Asia pada Jumat sore, sementara euro mencapai puncak satu tahun, karena para pedagang meningkatkan ekspektasi akan segera berakhirnya siklus kenaikan suku bunga Federal Reserve AS menyusul tanda-tanda pendinginan inflasi. Data dari Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (13/4/2023) menunjukkan indeks harga produsen (IHP) turun paling tajam dalam hampir tiga tahun bulan lalu, terjadi sehari setelah data inflasi menunjukkan moderasi dalam harga-harga konsumen.

Greenback turun lagi pada Jumat dengan indeks dolar yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun ke level terendah satu tahun di 100,78.

Indeks terakhir 0,15 persen lebih rendah pada 100,82, dan menuju penurunan mingguan lebih dari 1,0 persen, penurunan tertajam sejak Januari.

Sementara itu, euro naik ke puncak baru satu tahun di 1,1075 dolar, melampaui tertinggi sebelumnya pada Kamis (13/4/2023).

Mata uang tunggal terakhir 0,2 persen lebih tinggi pada 1,1070 dolar, dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan lebih dari 1,5 persen.

"Cara termudah untuk mengekspresikan pandangan negatif dolar adalah dengan euro," kata Ray Attrill, kepala strategi valas di National Australia Bank.

"Kejutan penurunan yang signifikan di IHP AS telah membuat orang sedikit lebih yakin dengan pandangan bahwa Fed akan (segera) selesai ... dan (memperkuat) keyakinan bahwa inflasi akan memungkinkan Fed memangkas suku bunga sebelum akhir tahun."

Demikian pula, pound Inggris mencapai level tertinggi 10 bulan di 1,2545 dolar, dan terakhir 0,14 persen lebih tinggi di 1,25405 dolar.

Pasar uang menilai peluang 69 persen Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin bulan depan, meskipun serangkaian pemotongan juga diperkirakan mulai Juli hingga akhir tahun, dengan suku bunga diperkirakan tepat di atas 4,3 persen pada Desember.

Menambah tanda-tanda bahwa tekanan inflasi global berkurang adalah lonjakan ekspor China yang tak terduga, yang pada Maret melonjak 14,8 persen dari bulan yang sama tahun sebelumnya, mengejutkan para ekonom yang memperkirakan penurunan 7,0 persen dalam jajak pendapat Reuters.

Data China yang optimis, di samping laporan ketenagakerjaan Maret yang kuat di Australia, membuat dolar Australia didukung di sekitar 0,6783 dolar AS pada Jumat, setelah melonjak 1,3 persen di sesi sebelumnya didukung oleh rilis data. Dolar Australia dan Selandia Baru sering digunakan sebagai proksi likuid untuk yuan China.

"Itu hampir seperti badai positif yang sempurna untuk Aussie," kata Attrill. "Dimulai dengan angka pekerjaan ... dan angka perdagangan China yang terlihat sangat bagus."

"Anda melapisinya, pelemahan dolar dari data tadi malam dan sentimen risiko positif, dan itu adalah) kabar baik untuk Aussie."

Dolar Selandia Baru juga naik 0,19 persen menjadi 0,6309 dolar AS, setelah melonjak 1,3 persen sehari sebelumnya.

Di tempat lain di Asia, yen Jepang naik tipis menjadi 132,47 per dolar, sedangkan yuan di pasar luar negeri naik lebih dari 0,5 persen menjadi 6,8327 per dolar.

Baca juga: Emas melonjak 30,40 dolar AS karena "greenback" melemah
Baca juga: Minyak naik di perdagangan Asia dipicu kekhawatiran pengetatan pasokan
Baca juga: Wall St naik setelah data inflasi indikasikan Fed hentikan pengetatan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023