Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada 2013 mencapai 7,1 persen, dengan peningkatan investasi pada sektor otomotif, industri pupuk, industri kimia serta semen.

"Meskipun kondisi perekonomian di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa masih diwarnai ketidakpastian, namun pemerintah optimistis kinerja sektor industri manufaktur pada tahun depan akan tumbuh 7,1 persen akibat meningkatnya investasi di sektor otomotif, industri pupuk, industri kimia dan semen," kata Menteri Perindustrian M.S Hidayat di Jakarta, Senin.

Tantangan yang akan dihadapi pada tahun depan, menurut Hidayat, masih berkisar pada minimnya infrastruktur dan tingginya biaya investasi.

"Untuk mengatasi hambatan di sektor industri, pemerintah telah mengoptimalkan pemberian insentif fiskal seperti pengurangan pajak dalam bentuk `tax holiday`, `tax allowance`, bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP), pembebasan pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM). Selain itu, pemerintah akan menyelesaikan masalah hambatan investasi seperti masalah tata ruang wilayah," paparnya.

Pertumbuhan industri manufaktur, lanjut Hidayat, penetrasi pasar ekspor baru harus segera ditingkatkan. Peningkatan upaya pengendalian impor dengan kebijakan "non tariff barrier" (hambatan non tarif) akan mendorong sektor industri.

"Pembukaan pasar ekspor ke Timur Tengah, Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin harus dilakukan produsen manufaktur. Pengendalian impor melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib," ujarnya.

Hidayat menyatakan pemerintah meminta seluruh instansi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta memakai produk dalam negeri.

"Penggunaan produk dalam negeri bisa meningkatkan permintaan produk manufaktur nasional. Hal ini harus didukung oleh seluruh `stakeholder` dan pemangku kebijakan," tandasnya.

(KR-IAZ)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012