Membangun perilaku tangguh dalam kesiapsiagaan bencana dimulai dari diri sendiri,
Jakarta (ANTARA) -
 
Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati mengatakan resiliensi (kemampuan mengatasi krisis) berkelanjutan harus dimulai dari diri sendiri untuk membangun perilaku tangguh dalam kesiapsiagaan terhadap bencana alam.

"Membangun perilaku tangguh dalam kesiapsiagaan bencana dimulai dari diri sendiri, itulah resiliensi berkelanjutan ," kata Raditya Jati dalam acara penutupan Project SinerGi yang diadakan di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu.

Dia mengatakan resiliensi berkelanjutan harus dimulai dari masyarakat karena masyarakat yang berada di garis depan dalam setiap kejadian bencana alam. Selain itu, kesadaran kolektif juga harus dibangun untuk menghindari risiko yang lebih buruk.

Indonesia saat ini memiliki 127 gunung api aktif, 269 sesar aktif serta menjadi negara dengan garis pantai terpanjang di dunia dengan risiko bencana alam yang sewaktu-waktu bisa melanda, jelasnya.

"Saat ini 75 persen sekolah berada di wilayah dengan risiko bencana itu semua, apa mau menunggu ada bencana lagi? Be prepared," tegasnya.

Menurutnya saat ini adalah momen yang tepat untuk saling berkolaborasi untuk menciptakan resiliensi berkelanjutan yang melokal menuju Indonesia Emas 2045.

Resiliensi berkelanjutan menjadi penting karena pada 2022 Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara The 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang membahas tentang bagaimana seharusnya negara menangani sebuah bencana.

"Resiliensi berkelanjutan lahir di Indonesia, maka semangat resiliensi berkelanjutan harus digaungkan ke seluruh dunia oleh Indonesia," ujarnya.

Raditya mengatakan masyarakat Indonesia harus bisa menunjukkan indentitas bahwa Indonesia bukan hanya menjadi daerah paling rawan bencana alam tapi juga bisa mengatasinya.

Ia berharap Indonesia menjadi pusat keunggulan serta dunia melihat Indonesia sebagai tempat untuk mempelajari resiliensi berkelanjutan.

"Tunjukkan kita bangsa yang tangguh, kuat, dan siap menghadapi itu semua," pungkasnya.

Project SinerGi adalah program yang dicetuskan oleh Wahana Visi Indonesia, organisasi kemanusiaan Kristen yang hadir melayani dan berkolaborasi dalam pemberdayaan anak, keluarga, dan masyarakat yang paling rentan melalui pendekatan pengembangan masyarakat, advokasi, dan tanggap bencana untuk membawa perubahan yang berkesinambungan tanpa membedakan agama, ras, suku, dan gender.

Tujuan dari Project SinerGi adalah untuk meningkatkan partisipasi dan kepemimpinan anak muda dan perempuan dalam kesiapsiagaan bencana.

Baca juga: BNPB perkuat koordinasi pasca-835 kejadian bencana hingga awal April
Baca juga: BNPB: Pemetaan risiko bencana DAS Asahan prioritas nasional


Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2023