Ketiga figur tersebut adalah Jusuf Kalla (mantan wakil presiden), Mahfud MD (Ketua MK), dan Prabowo Subianto (Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra,"
Jakarta (ANTARA News) - Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) DPR RI Effendy Choirie menilai, ada tiga figur yang layak diusung sebagai bakal calon presiden pada Pemilu Presiden 2014.

"Ketiga figur tersebut adalah Jusuf Kalla (mantan wakil presiden), Mahfud MD (Ketua MK), dan Prabowo Subianto (Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra," kata Effendy Choirie, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu.

Menurut Effendy, ketiga nama tersebut telah teruji kepemimpinannya sebagai pejabat publik maupun pimpinan institusi negara.

Effendy menilai, ketiga figur tersebut merupakan sosok calon pemimpin nasional mendatang yang terbaik saat ini.

"Meskipun ada beberapa nama lain dari tokoh muda yang cukup populer, tapi sulit disebut terbaik karena ditengarai terkait kasus korupsi," katanya.

Anggota Komisi I DPR RI ini menjelaskan, figur calon presiden 2014, paling tidak memenuhi kriteria tegas, berani, bersih, komit terhadap penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, pro-rakyat, serta memiliki hubungan baik dengan dunia internasional.

Ia menegaskan, hubungan baik dengan dunia internasional maksudnya memanfaatkan akses dunia internasional untuk kepentingan bangsa Indonesia, bukan sebaliknya.

Sementara itu, Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit, mengatakan, calon pemimpin nasional seharusnya berorientasi utnuk membangun negara demi kesejahteraan bangsa, bukannya berupaya mencari kekuasaan.

"Calon pemimpin nasional seharusnya memiliki niat luhur ingin mengabdi kepada bangsa dan negara," katanya.

Arbi menambahkan, jika seorang tokoh memiliki niat luhur ingin mengabdi kepada bangsa dan negara, tentu mereka tidak akan terus-menerus mencalonkan diri sebagai calon presiden.

Ia menegaskan, jika calon presiden yang tampil pada pemilu presiden 2014 masih wajah-wajah lama, maka tidak akan terlepas dari budaya paternalistik yang terus berkembang.

"Dalam budaya paternalistik, pemimpin atau ketua umum partai tampil sebagai orang tua, sementara rakyat atau anggota partai di anggap sebagai anaknya, sehingga harus selalu tunduk pada keinginan orang tua," katanya.
(R024/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012