Anggaran riset masih kecil yakni 0,15 persen dari Produk Domestik Bruto,"
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Inovasi Nasional (KIN) Prof Dr Zuhal mengatakan, anggaran riset perlu diperbesar agar menjadikan hasil riset sebagai produk inovasi.

"Anggaran riset masih kecil yakni 0,15 persen dari Produk Domestik Bruto," ujar Zuhal dalam acara "Penataan Iptek Bagi Pembangunan Peradaban Bangsa" di Balai Sidang Jakarta, Jakarta, Rabu.

Padahal idealnya, anggaran untuk riset satu persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp15 triliun. Anggaran riset yang kecil itu, lanjut dia, membuat riset-riset yang dilakukan dalam skala kecil dan belum menjadi produk inovasi.

"Potensinya sangat besar. Tapi dalam realisasi perlu didorong agar hasil riset tidak hanya berhenti di laboratorium," tambah dia.

Zuhal menambahkan, selain kendala anggaran, perlu diperhatikan regulasi yang mendukung riset.

Dia menyebutkan, ada tujuh langkah untuk perbaikan ekosistem inovasi yakni pendanaan, kepemimpinan, budaya, dan kebijakan. Selain itu juga diperlukan empat wahana percepatan pertumbuhan ekonomi yang berdasarkan iptek seperti industri kebutuhan dasar, industri kreatif, industri berbasis daya dukung daerah, dan industri strategis.

"Akademisi, bisnis dan pemerintah seharusnya jangan berjalan sendiri-sendiri."

Deputi Bidang Sumber Daya Iptek Kementerian Riset dan Teknologi, Freddy Permana Zen mengatakan, jumlah SDM yang melakukan penelitian dan pengembangan Iptek di Tanah Air masih sedikit jika dibandingkan negara maju.

Jumlah paten internasional Indonesia hingga 2008 hanya 208. Kalah jauh jika dibandingkan jumlah paten domestik yang terdaftar di HAKi yang mencapai 2.718.

"Hal itu menunjukkan dari segi teknologi, kita semakin dikuasai oleh hak kekayaan intelektual asing," ujar Freddy.

Begitu juga dengan jumlah sarjana teknik yang masih 2.671 per satu juta penduduk. Masih kalah dibandingkan Malaysia yang mencapai 3.333 sarjana teknik per satu juta penduduk.

"Oleh karena itu percepatan peningkatan kualitas SDM selain penguasaan teknologi menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing," ujar Freddy.

Kementerian Riset dan Teknologi juga sejak 2003 telah menggulirkan program beasiswa kepada SDM Iptek yang ada di lembaga pemerintah.
(I025/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012