Utang yang menumpuk selama krisis keuangan global dan baru-baru ini pandemi COVID-19, membuat tugas bank-bank sentral juga semakin kompleks.
London (ANTARA) - Ketua Bank of International Settlements (BIS) memperingatkan bahwa bertahun-tahun memerangi krisis ekonomi telah menciptakan kondisi yang mendorong batas-batas stabilitas ketika itu menyangkut sistem keuangan internasional.

Agustín Carstens, manajer umum BIS, yang dijuluki bank sentral-nya bank-bank sentral, mengatakan "wilayah stabilitas" ini tidak ditentukan oleh suku bunga, atau tingkat utang, tetapi dipengaruhi dari waktu ke waktu oleh kekuatan politik dan teknologi serta kebijakan ekonomi makro.

Para bankir bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi. Namun, dalam pidatonya di Universitas Kolombia di New York, Carstens mengatakan bahwa untuk menghindari "rezim inflasi tinggi" jangka panjang, suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi dan lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya, bahkan dengan mengorbankan ekonomi yang melambat.

Baca juga: Negara G7 janjikan stabilitas keuangan dan keragaman rantai pasokan

Utang yang menumpuk selama krisis keuangan global dan baru-baru ini pandemi COVID-19, membuat tugas bank-bank sentral juga semakin kompleks.

Beberapa sudah melihat tekanan politik untuk memperlambat kenaikan suku bunga guna memastikan biaya pembayaran utang tidak melonjak.

Mereka juga menghadapi kerugian besar - setidaknya di atas kertas - pada obligasi senilai triliunan dolar atau euro, yang mereka beli untuk mencoba meningkatkan ekonomi mereka selama krisis, artinya pemerintah juga tidak lagi mendapatkan bagian dari keuntungan yang pernah dihasilkan pembelian tersebut.

"Risiko ini material," kata Carstens.

Tantangan besar lainnya adalah ketidakstabilan keuangan. Sejak tahun 1970-an, hampir seperlima dari kasus, tekanan perbankan telah pecah kira-kira tiga tahun setelah dimulainya siklus kenaikan suku bunga global yang terkoordinasi.

Baca juga: IMF: Risiko stabilitas keuangan tak boleh hambat perangi inflasi

Peningkatan inflasi yang lebih besar dan tingkat utang sektor swasta yang lebih tinggi membuat tekanan semakin mungkin terjadi, Carstens menambahkan, mencatat bahwa ini adalah pertama kalinya sejak Perang Dunia Kedua di mana lonjakan besar dalam inflasi terjadi ketika tingkat utang begitu tinggi.

Ini juga berarti para pembuat kebijakan harus mengubah pendekatan mereka ke depan dan menahan diri dari penurunan suku bunga yang agresif atau stimulus, ketika inflasi menetap di bawah target.

Itu akan membantu membatasi dampak samping negatif dari suku bunga yang sangat rendah, terutama penumpukan jenis kerentanan keuangan yang baru-baru ini terlihat dalam sistem perbankan.

Independensi bank sentral harus diabadikan dan mekanisme untuk mendorong kebijakan fiskal yang hati-hati juga harus diberikan gigitan yang lebih besar, kata Carstens.

"Pergeseran dalam pola pikir kebijakan diperlukan," kata mantan gubernur bank sentral Meksiko itu. "Kembali dengan tegas ke dalam batas wilayah stabilitas harus menjadi pertimbangan kebijakan yang sadar dan eksplisit."

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023