Brussels (ANTARA) - Menurut pemberitaan pada Rabu (19/4), kaum difabel di Eropa masih mengalami hambatan dalam penerbangan karena banyak dari mereka tidak bisa terbang dengan  alasan keamanan terkait alat bantu, seperti kursi roda dan anjing pembantu.

Laporan dari Forum Disabilitas Eropa (EDF), yang berbasis di Brussel itu mendesak Uni Eropa untuk membuat regulasi yang kuat agar semua orang bisa mendapatkan akses ke perjalanan udara.

Peraturan-peraturan semacam itu, yang bisa berbeda-beda dari satu maskapai dengan yang lainnya, seringkali sulit ditemukan atau diinterpretasikan. Hal itu mengakibatkan penumpang yang memiliki disabilitas tidak bisa ikut dalam penerbangan, kata EDF.

"Laporan kami jelas-jelas menunjukkan mimpi buruk yang harus dialami orang-orang memiliki disabilitas ketika mereka hanya mencoba melakukan apa yang jutaan orang lainnya lakukan tiap harinya," kata Kepala EDF, Gunta Anca.

"Kami manusia. Kami berpergian untuk kerja, cinta, keluarga, dan senang-senang. Maskapai-maskapai harus mulai menyadari hal ini."

Mereka menceritakan pengalaman seorang pemuda Inggris, Brandon Aughton, sebagai satu contoh. Pada November 2021, dia tidak diperbolehkan terbang dari bandara East Midlands ke Malaga, Spanyol, karena staf menyebut bahwa kursi rodanya 'terlalu berat'.

EDF mengatakan bahwa Komisi Eropa harus memperbaiki regulasi agar penolakan penerbangan semacam itu bisa dihapuskan. Mereka juga harus memikirkan tentang kompensasi yang adil dan cepat apabila maskapai masih menolak untuk menerbangkan orang-orang dengan disabilitas.

Mereka mengatakan bahwa marak terjadi perusakan dan penghancuran alat bantu penumpang. Kerusakan semacam itu, menurut mereka, tidak cuma mahal untuk diperbaiki, tapi bisa juga membahayakan nyawa penumpang difabel itu.

Anggota komite eksekutif EDF, Nadia Hada, mengatakan bahwa kursi rodanya rusak dalam penerbangan dari Sharm el-Sheikh, Mesir, ke Brussels.

"Kemandirian saya dirampas dan saya harus membayar untuk mendapatkan itu kembali."

EDF mengatakan bahwa regulasi Uni Eropa harus menuntut perusahaan-perusahaan untuk 'bertanggungjawab penuh atas kerusakan dan kehilangan alat bantu jalan', karena saat ini maskapai-maskapai menganggap kursi roda dan peralatan lainnya sebagai bagasi, sehingga tidak termasuk dalam kompensasi.

Laporan dari EDF itu akan diberikan pada 3 Mei mendatang kepada Komisioner Transportasi Uni Eropa.

Sumber: Reuters
Baca juga: IATA: "Flight shaming" ancam permintaan perjalanan utara di luar Eropa
Baca juga: Pencabutan larangan terbang Uni Eropa jadi cambuk
Baca juga: AS & UE bahas ancaman penerbangan

Penerjemah: Mecca Yumna
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2023