Dhaka (ANTARA) - Jutaan warga Bangladesh tidak mendapatkan listrik karena gelombang panas membuat permintaan melonjak sehingga pasokan listrik berkurang drastis.

Penggunaan pompa irigasi oleh petani dan peningkatan aktivitas komersial menjelang Hari Raya Idul Fitri juga turut melonjakkan permintaan listrik, kata para pejabat.

"Kami sulit tidur di malam hari tanpa listrik, dan bahkan lebih menyakitkan setelah berpuasa sepanjang hari," kata Munna Khan, warga Kota Ashulia di pinggiran ibu kota Dhaka.

Menurut data pemerintah, kekurangan listrik terparah terjadi pada malam hari.

Kota pelabuhan Chittagong dan pusat manufaktur tekstil, farmasi dan goni di Mymensingh termasuk yang terparah terdampak pemadaman listrik.

Suhu maksimum rata-rata di Dhaka 6,5 persen lebih tinggi dalam pekan yang berakhir Selasa, dibandingkan pekan sebelumnya.

Baca juga: Sebelas orang tewas akibat gelombang panas di India

Suhu maksimum melonjak hingga 42,8 Celcius pada Rabu di Bangladesh bagian barat.

"Masyarakat, terutama anak-anak dan orang tua, sangat menderita. Kami menyampaikan simpati dan duka yang tulus atas penderitaan tak terkira ini," kata Menteri Energi Nasrul Hamid lewat Facebook pada Selasa.

Kantor cuaca setempat memperingatkan bahwa gelombang panas belum akan berakhir menjelang liburan Idul Fitri akhir pekan ini.

"Kami berharap penjualan akan meningkat pekan ini, tetapi karena pemadaman listrik yang parah, hampir tidak ada pembeli," ujar Abdul Karim, pemilik toko di Chittagong.

Pasokan listrik secara keseluruhan berkurang 6,2 persen dari permintaan selama sepekan hingga Selasa, menurut data pemerintah, karena permintaan listrik melonjak hampir 15 persen dibandingkan pekan sebelumnya.

Baca juga: Gelombang panas Chile bisa perburuk kebakaran hutan

Sumber: Reuters

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023