"Banyak saudara kita yang Nahdlatul Ulama (NU) juga di tempat ini melaksanakan Shalat Idul Fitri,"
Yogyakarta (ANTARA) - Ribuan warga Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan Shalat Idul Fitri 1444 Hijriah/2023 Masehi di Alun-alun Selatan, Kota Yogyakarta pada Jumat.

Selain warga Yogyakarta, kegiatan Shalat Idul Fitri yang digelar di alun-alun milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu juga diikuti para pemudik serta mahasiswa luar daerah.

"Jumlah jamaah betul-betul banyak sekitar 10 ribu orang. Mereka campuran, jadi 60 persen warga setempat dan yang lain dari luar kota, para pemudik, dan mahasiswa luar daerah," kata Ketua Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Kota Yogyalarta Moch Muzani ditemui sesuai Shalat Id.

Adik Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Prabukusumo juga tampak hadir pada baris paling depan di antara para jamaah Shalat Id.

Muzani menyebutkan jamaah yang ikut serta dalam Shalat Idul Fitri tersebut tidak seluruhnya merupakan warga Muhammadiyah.

Menurut dia, sebagian dari jamaah juga berasal dari unsur organisasi Islam lainnya.

"Banyak saudara kita yang Nahdlatul Ulama (NU) juga di tempat ini melaksanakan Shalat Idul Fitri," ucap dia.

Baca juga: Muhadjir Effendy apresiasi khutbah shalat Id di Gedung PP Muhammadiyah

Selain karena melandainya kasus COVID-19 dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang telah dicabut, menurut Muzani, tingginya jumlah jamaah tahun ini juga dipicu penutupan Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta yang dahulu menjadi tempat pelaksanaan Shalat Id.

Sementara itu, Muzani mengaku tidak menghadapi kendala berarti dalam proses perizinan penggunaan Alun-alun Selatan sebagai tempat pelaksanaan Shalat Id.

"Tidak sulit, lancar, kami mengajukan izin ke pihak keraton dan setelah kami tunggu beberapa hari, izin keluar," kata dia.

Di lokasi itu, Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Abdul Jamil yang bertindak sebagai khotib mengatakan bahwa Idul Fitri selalu dikaitkan dengan ibadah di bulan Ramadhan.

Dalam konteks Ramadhan, kata dia, Allah SWT memberikan syari'at berpuasa dengan tujuan peningkatan spiritual agar orang yang beriman menjadi takwa.

Dengan demikian, kata Abdul, orang yang berpuasa diharapkan dapat meningkat spiritual tauhid ilahiyah dan sosialnya.

"Untuk itu sangat aneh kalau di bulan Ramadhan ada orang Islam yang ditangkap karena korupsi. Apakah korupsi karena menjual kebijakan atau menerima suap, sebab korupsi dalam bentuk apapun adalah dilarang, baik berdasarkan ajaran Islam maupun aturan negara," kata dia.

Baca juga: Muhammadiyah serukan "Ukhuwah Islamiyah" dari Tugu Pahlawan Surabaya
Baca juga: Muhammadiyah: Perbedaan waktu Lebaran tak putuskan ukhuwah umat Islam

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023