Jakarta (ANTARA News) - Palang Merah Indonesia (PMI) kesulitan menyalurkan 10.000 unit tenda keluarga yang masih tersimpan di gudangnya di Medan, Sumatera Utara (Sumut), kepada para pengungsi bencana gempa di Yogyakarta dan Jawa Tengah (Jateng) lantaran minimnya sarana pengangkutan. "Saat ini kami telah menyiapkan bantuan berupa tenda keluarga sebanyak 10.000 unit yang berada di gudang PMI di Medan, Sumatera Utara. Namun, untuk transportasi pengangkut, kami agak kesulitan," kata Ketua Umum PMI, Mar`ie Muhammad, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, pihaknya pernah mendapat bantuan TNI untuk mengangkut tenda-tenda itu ke Yogyakarta dengan pesawat Hercules, namun belum mencukupi untuk mengangkut semua tenda yang disiapkan. Ia menjelaskan, satu pesawat Hercules hanya mampu mengangkut sekitar 400 tenda saja, sehingga pihaknya membutuhkan tambahan angkutan. "Sampai sekarang, sudah 2.500 tenda yang telah disalurkan dan digunakan para pengungsi, dan kami masih memikirkan penyaluran sisanya, apakah dengan mencarter pesawat," katanya. Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) itu mengemukakan, biaya transportasi udara untuk mengangkut tenda tersebut sangat mahal, namun pihaknya siap bila tidak ada pilihan lain. Bantuan tenda ukuran empat kali enam meter tersebut diharapkan dapat digunakan oleh para pengungsi yang rumahnya hancur dan tidak bisa ditempati lagi sebagai tempat tinggal sementara sambil menunggu masa rekonstruksi, katanya. Mantan Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak tersebut mengungkapkan, sebanyak 50.000 rumah telah rusak akibat gempa berkekuatan 5,9 Skala Richter (SR) yang menghantam sebagian wilayah Yogyakarta dan Jateng pada 27 Mei 2006. "Dari hasil tinjauan saya secara langsung ke berbagai wilayah yang dilanda gempa, kerusakan bangunan paling banyak terjadi di daerah Wedi, Klaten, dibandingkan dengan Bantul dan Sleman," katanya. "Bantul memang paling banyak jumlah korban jiwanya, tapi Klaten adalah daerah yang paling parah kerusakan bangunannya, termasuk prasarana umum, seperti sekolah, klinik dan puskesmas," ujarnya. Ia menjelaskan, kerusakan bangunan yang parah umumnya terjadi di daerah pedesaan karena kualitas bangunan di desa cenderung lebih rendah. Pihaknya menetapkan tiga bulan ke depan sebagai masa penanganan darurat untuk korban bencana gempa. "Selanjutnya, setelah itu, belum kami putuskan apakah akan ikut dalam tahap rehabilitasi atau tidak. Tapi, dengan pemberian bantuan tenda keluarga sebenarnya juga telah masuk tahap rehabilitasi sementara," ucapnya. Mar`ie menambahkan, PMI juga mulai mewaspadai aktivitas Gunung Merapi yang meningkat secara drastis sejak bencana gempa. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006