Festival rakik-rakik itu dimulai pada Jumat (21/4) malam sampai Ahad (22/4) malam nanti. Biasanya kegiatan hanya dua hari dan tahun ini lebih lama
Lubukbasung, Sumbar (ANTARA) -
Masyarakat di sekitar Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat menggelar festival rakik-rakik yang terbuat dari bambu dan dipasang lampu untuk menyambut para perantau saat berada di kampung halaman pada Idul Fitri (Lebaran) 1444 Hijriah.
 
Pegiat Budaya dan Wisata Agam, Rudi Yudistira di Lubukbasung, Sabtu, mengatakan sebanyak 11 rakik-rakik yang ditampilkan warga di dua lokasi yakni, Tanjung Sani enam buah dan Maninjau lima buah pada Lebaran tahun ini.
 
"Festival rakik-rakik itu dimulai pada Jumat (21/4) malam sampai Ahad (22/4) malam nanti. Biasanya kegiatan hanya dua hari dan tahun ini lebih lama," katanya.
 
Ia mengatakan, rakik-rakik dihias dan dipasang lampu tersebut ditampilkan pada malam, sehingga pemandangan indah dapat disaksikan oleh para warga dan perantau.
 
Hiasan rakik-rakik bermacam macam, ada rumah adat Minangkabau, ada bintang kejora, ada pula dengan ornamen kapal dan lainnya.
 
Selain indah, dari atas rakik rakik itu berdentuman ledakan meriam bambu yang di lepas dari masing masing rakik.
 
"Suasana dentuman meriam yang dibunyikan warga dari atas rakik-rakik menjadi meriah," katanya.
 
Ia menceritakan, rakik-rakik itu merupakan tradisi masyarakat selingkar Danau Maninjau semenjak puluhan tahun lalu. Sebelumnya, rakik-rakik itu alat transportasi masyarakat sekitar dari satu kampung ke kampung lain.
 
Namun dengan adanya jalan, maka dijadikan suatu tradisi dalam menyambut datangnya Lebaran dan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat.
 
"Kegiatan ini merupakan kegiatan setiap tahun saat datanya Lebaran," katanya.

Ia mengakui, rakik-rakik tersebut dibuat secara bersama-sama oleh masyarakat setempat mulai dari perencanaan pada awal Ramadhan dan dilanjutkan untuk mencari bambu bahan untuk rakik-rakik.

Setelah itu, merangkai bambu tersebut menjadi rakik-rakik dengan berbagai ornamen secara bergotong royong.
 
"Nilai satu rakik-rakik bervariasi mulai senilai Rp15 juta sampai Rp30 juta sesuai dengan ornamen dan motif. Dana tersebut berasal dari sumbangan perantau dan masyarakat sekitar," kata Rudi Yudistira.
 
Sementara Wakil Bupati Agam, Irwan Fikri mengapresiasi terlaksananya festival rakik ini, karena anak nagari konsisten melaksanakannya setiap tahun.
 
'Ini bentuk dukungan nyata dari anak nagari terhadap program Pemkab Agam di bidang pariwisata," katanya.
 
Ia menambahkan, banyak yang dapat dipetik dari pelaksanaan festival tersebut, terutama adanya jiwa kegotong royongan dan kekompakan.
 
"Rakik bisa berlayar di Danau Maninjau ini, berkat gotong royong dan kekompakan yang terjalin di tengah masyarakat,” demikian Irwan Fikri.

Baca juga: Warga Maninjau Agam sambut Idul Fitri dengan tradisi rakik-rakik

Baca juga: Agam gelar Festival Pesona Danau Maninjau

Baca juga: Kematian ikan di Danau Maninjau Sumbar mendekati 1.000 ton

Baca juga: BKSDA temukan 26 lokasi sebaran tumbuhan langka di Danau Maninjau Agam

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023