Hong Kong (ANTARA) - Saham di bursa negara-negara Asia turun secara luas dan dolar AS juga melemah pada perdagangan Selasa sore, mencerminkan ketidakpastian investor di pekan yang sibuk untuk laporan laba perusahaan-perusahaan dan data ekonomi.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 1,2 persen pada pukul 05.10 GMT. Jepang melawan pelemahan saham secara keseluruhan, dengan indeks Nikkei berakhir naik 0,09 persen.

Di China, indeks acuan Hang Seng Hong Kong ditutup merosot 1,9 persen, sementara indeks saham-saham unggulan China CSI 300 berakhir 0,5 persen lebih rendah dan Indeks Komposit ditutup melemah 0,3 persen.

Pasar saham di Australia dan Selandia Baru di tutup untuk hari liburan.

Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 kehilangan 0,3 persen. Pada awal perdagangan Eropa, pan-region Euro Stoxx 50 berjangka turun 0,3 persen. DAX berjangka Jerman dan FTSE berjangka masing-masing turun 0,2 persen dan 0,3 persen.

Pada Senin (24/4/2023), Nasdaq ditutup lebih rendah, S&P 500 dan Dow menguat, dengan tekanan dari ekuitas megacaps terkemuka karena investor menunggu hasil dari perusahaan termasuk Microsoft, sementara saham Tesla jatuh karena kekhawatiran tentang rencana pengeluarannya.

"Ada banyak ketidakpastian. Orang-orang masih belum tahu berapa banyak pinjaman bank telah dipengaruhi oleh perkembangan terakhir... (atau) kapan inflasi akan mencapai puncaknya," kata Prashant Bhayani, kepala investasi Asia, BNP Paribas Wealth Management. Bhayani juga menunjukkan kecemasan tentang titik lemah lain yang mungkin terpapar oleh gejolak perbankan AS dan Swiss.

Saham perbankan di AS yang bermasalah First Republic Bank merosot lebih dari 20 persen setelah bel penutupan pada Senin (24/4/2023) karena dikatakan simpanan anjlok lebih dari 100 miliar dolar AS pada kuartal pertama dan sedang menjajaki opsi seperti merestrukturisasi neraca.

Sementara itu, raksasa perbankan Swiss UBS Group melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 52 persen, karena bersiap untuk mengintegrasikan saingannya yang jatuh, Credit Suisse. Penurunan laba sebagian besar disebabkan UBS menyisihkan 665 juta dolar AS lagi untuk menutupi biaya KPR bermasalah yang memainkan peran sentral dalam krisis keuangan global sekitar 15 tahun yang lalu. Pelaku pasar sedang menunggu laporan keuangan perusahaan dan sejumlah data ekonomi dari AS, Eropa, dan China untuk isyarat tentang momentum pertumbuhan dan kapan resesi ekonomi AS mungkin dimulai, tambahnya.

Meskipun serangkaian data makro yang kuat baru-baru ini termasuk pertumbuhan PDB China sebesar 4,5 persen untuk kuartal pertama dan penjualan ritel yang mengalahkan ekspektasi, pemulihan ekonomi masih belum merata dan belum mengalir ke pendapatan perusahaan, kata Carlos Casanova, ekonom senior untuk Asia di UBP.

"Dengan kisah pembukaan kembali yang jelas di belakang kami, kami belum memiliki visibilitas yang jelas ke mana kami akan melihat prioritas dalam pembuatan kebijakan," katanya.

Di pasar obligasi pemerintah AS, imbal hasil turun karena para peserta mencari tempat yang tidak terlalu berisiko untuk memarkir uang tunai di tengah kekhawatiran mendekati tenggat waktu plafon utang, dengan DPR AS diperkirakan akan memberikan suara pada RUU utang dan pengeluaran yang dipimpin Partai Republik minggu ini.

Obligasi pemerintah AS 10-tahun turun tipis menjadi 3,4749 persen pada pukul 05.11 GMT, setelah menguat sehari sebelumnya menjadi 3,5034 persen.

Imbal hasil surat utang negara satu bulan naik dari level terendah sejak Oktober pada Senin (24/4/2023) di tengah kekhawatiran tentang potensi kebuntuan atas plafon utang.

Indeks dolar hampir datar pada pukul 05.10 GMT, memangkas beberapa penurunan sebelumnya. Emas menyerahkan beberapa keuntungan. Emas spot diperdagangkan pada 1.991,39 dolar AS per ounce.
 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2023