Makan ketupat ini memiliki makna tersendiri yang sulit dilupakan saat jauh di perantauan
Pontianak (ANTARA) - Tradisi makan ketupat secara bersama secara turun temurun hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat etnik Melayu di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) saat Lebaran (Idul Fitri), termasuk pada 1444 Hijriah/2023 ini.

"Tradisi makan ketupat ini memang masih terus dilakukan sebagai ajang silaturahim dan berkumpul bersama keluarga dan rekan taulan saat hari besar keagamaan seperti Idul Fitri," kata warga Kalbar, Suharsi di Pontianak, Selasa.

Hal senada juga dikatakan Ita, warga Kalbar yang menikah dengan warga Malaysia dan bermukim di negara tetangga tersebut.

Menurut Ita, dirinya sengaja pulang ke Kalbar selain rindu ke kampung halaman juga merindukan makan ketupat bersama.

"Makan ketupat ini memiliki makna tersendiri yang sulit dilupakan saat jauh di perantauan," katanya.

Ia berharap tradisi makan ketupat bersama keluarga di hari Lebaran ke depan terus dilestarikan.

"Semoga ke depannya generasi muda bisa terus menjaga tradisi makan ketupat agar tak lekang oleh perkembangan jaman yang serba canggih dan modern saat ini," katanya.

Tradisi makan ketupat bersama kerabat keluarga dan handai taulan, kata dia, sudah menjadi kebiasaan bagi warga melayu Kalbar di sejumlah daerah saat lebaran. Tradisi ini sudah dilalukan turun menurun saat menerima keluarga dan tamu.

Ketupat yang disajikan terbuat dari beras pulut. Kemudian agar lebih nikmat disajikan dengan lauk pauk seperti kuah dan opor ayam, serondeng, sambal dan lauk pauk lainnya, demikian Ita.

Baca juga: Lestarikan budaya, lomba baca bahasa Melayu digelar di Pontianak

Baca juga: Ketika Sotong Pangkong-Lemang hanya hadir di bulan Ramadhan

Baca juga: Raja Tayan usulkan silat Melayu Pukol Tujuh didaftarkan sebagai WBTB

Baca juga: Bahasa Melayu Pontianak ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda


Pewarta: Dedi
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023