Pekanbaru (ANTARA News) - Sebanyak lima tenda penampungan disiagakan di lokasi banjir Perumahan Mutiara Witayu, Kelurahan Sri Meranti, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, sebagai antisipasi meluapnya air Sungai Siak karena saat ini musim hujan.

"Petugas belum membongkar lima tenda yang ada karena khawatir hujan masih turun dan dampaknya perkampungan kami terendam," kata Husin (42) warga Sri Meranti, Rumbai ditemui di Pekanbaru, Jumat.

Dia mengatakan, petugas dari Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Pekanbaru dan Dinas Sosial berencana untuk membongkar tenda tapi dilarang oleh warga lainnya karena hujan belakangan ini sering turun.

Lima tenda untuk menampung warga bila pemukiman terendam air bah itu berasal dari PMI setempat dan Kementerian Sosial.

Pekan lalu sudah ada niat untuk membongkar tenda, tapi urung dilakukan karena cuaca selalu mendung di Kelurahan Sri Meranti menyebabkan tenda tetap bertahan di jalan Nelayan dan di depan Perumahan Mutiara Witayu yang letaknya lebih tinggi dari permukaan air Sungai siak.

Perumahan tersebut terendam air bah dengan ketinggian mencapai 2,1 meter karena pemukiman berada di bawah permukaan Sungai Siak, sehingga ketika hujan deras tidak mampu menampung debit air akhirnya meluber.

Namun kawasan terparah yakni pada RT 02/03 dan RT 06/13 menyebabkan sekitar 350 penduduk terpaksa harus mengungsi ke tenda penampungan.

Padahal sebelumnya, sejumlah korban banjir Sri Meranti mulai meninggalkan tenda penampungan karena air yang mengenangi rumah telah surut.

Warga korban banjir meninggalkan tenda karena air dalam rumah sudah tidak ada maka bersama penghuni lainnya pulang untuk membersihkan perabotan rumah tangga yang ditinggalkan ketika banjir melanda kawasan tersebut.

Sementara itu, Kepala Seksi Surveiland, Dinas Kesehatan Pemkot Pekanbaru, M. Nafiri mengatakan penyakit terbanyak yang dialami korban banjir adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) kemudian disusul kulit, dan diare.

Menurut dia, para korban banjir tersebut telah mendapatkan pengobatan dari petugas medis yang datang ke lokasi dan ada juga yang berobat ke Puskesmas setempat.

Dia mengatakan dari data yang dikumpulkan petugas bahwa korban banjir menderita ISPA sebanyak 503 kasus, penyakit kulit (286 kasus) dan diare (297 kasus).

Pihak Dinas Kesehatan, katanya juga melakukan penelitian terhadap sumur penduduk pascabanjir diduga mengandung bakteri e-coli yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

(A047)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012