Dengan begitu noken Papua bisa lebih terkenal lagi dan menjadi daya tarik para delegasi ASEAN untuk berkunjung ke Papua.
Jayapura (ANTARA) - Pengamat Ekonomi dari Universitas Cenderawasih (Uncen) Kurniawan Patma  mendorong kerajinan tangan noken dapat menjadi cenderamata  pada pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Indonesia sehingga produk unggulan Papua itu dapat mendunia.

Kurniawan Patma kepada Antara di Jayapura, Jumat, mengatakan potensi tersebut sangat bisa didorong apalagi kualitas tas noken  tidak kalah saing dengan daerah lainnya.

“Dengan begitu noken Papua bisa lebih terkenal lagi dan menjadi daya tarik para delegasi ASEAN untuk berkunjung ke Papua,” katanya.

Baca juga: Kapolda NTT sebut kamtibmas menjelang ASEAN Summit terkendali

Menurut Kurniawan, pertemuan KTT ASEAN di Indonesia tentu diharapkan berdampak baik bagi seluruh masyarakat Indonesia, tidak terkecuali Papua

“KTT ASEAN di Indonesia akan memberikan umpan balik positif bagi ekonomi Indonesia termasuk di Papua,” ujarnya.

Dia menjelaskan KTT ASEAN adalah wahana yang sekiranya akan membuka ruang kepada Indonesia sebagai negara berkembang untuk terus maju.

“Hal tersebut diharapkan dapat menstimulus Indonesia dalam merangkul partner bisnis dan memperluas jaringan bisnis yang luas dan yang recommended,” katanya lagi.

Dia menambahkan peluang ini tentunya menjadi harapan yang harus ditindaklanjuti dengan mewujudkan suasana kondusif bagi investasi di Indonesia, termasuk reformasi regulasi dan birokrasi, peningkatan SDM yang inklusif dan tangguh, infrastruktur yang memadai, dan aspek pendukung lain.

Baca juga: Menko Airlangga: Ekosistem kendaraan listrik harus ada di ASEAN

Terdapat 11 negara anggota ASEAN yaitu, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Timor Leste dan Kamboja. Acara puncak akan berlangsung dua kali yakni KTT ASEAN pada Mei 2023 yang bertempat di Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan KTT ASEAN Plus di Jakarta pada September 2023.

 

Pewarta: Qadri Pratiwi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023