Amman (ANTARA) - Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengirim bantuan kemanusiaan pertama yang telah tiba di Port Sudan melalui Yordania pada Minggu (30/4).

“Kargo kemanusiaan seberat 8 ton termasuk bahan bedah untuk mendukung rumah-rumah sakit di Sudan dan sukarelawan dari Masyarakat Bulan Sabit Merah Sudan (SRCS) yang memberikan perawatan medis kepada orang-orang yang terluka dalam pertempuran itu,” kata ICRC dalam sebuah pernyataan.

Bantuan tersebut dikirim di tengah pertempuran antara tentara Sudan dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) memasuki pekan ketiga.

Setidaknya 528 korban tewas dan lebih dari 4.500 orang terluka sejak pecahnya kekerasan pada 15 April 2023, menurut Kementerian Kesehatan Sudan.

“Petugas kesehatan di Sudan telah melakukan hal yang mustahil, merawat yang terluka tanpa air, listrik, dan pasokan medis dasar,” kata Direktur Regional ICRC untuk Afrika Patrick Youssef.

“Logistik yang dibutuhkan untuk membawa perbekalan di tengah konflik aktif sangat sulit, dan kami lega bisa memasukkan bantuan medis ke negara ini,” ujar dia, menambahkan.

ICRC berencana mengirim pesawat kedua yang membawa pasokan medis tambahan dan petugas darurat ke Sudan.

Lembaga itu menyerukan agar semua pihak di Sudan menghormati kewajiban mereka di bawah hukum kemanusiaan internasional serta untuk memfasilitasi pekerjaan petugas medis dan kemanusiaan.

ICRC juga meminta pihak berkonflik di Sudan untuk memperlakukan tahanan secara manusiawi dan mencegah hilangnya nyawa warga sipil serta kerusakan pada objek dan infrastruktur sipil.

Ketidaksepakatan timbul dalam beberapa bulan terakhir antara tentara dan pasukan paramiliter mengenai integrasi RSF ke dalam angkatan bersenjata, yang adalah syarat utama perjanjian transisi Sudan dengan kelompok-kelompok politik.

Sudan tidak memiliki pemerintahan yang berfungsi sejak Oktober 2021 ketika militer membubarkan pemerintahan transisi Perdana Menteri Abdalla Hamdok dan menyatakan keadaan darurat dalam sebuah langkah yang dikecam oleh kekuatan politik sebagai kudeta.

Masa transisi Sudan, yang dimulai pada Agustus 2019 setelah penggulingan Presiden Omar al-Bashir, dijadwalkan berakhir dengan pemilu pada awal 2024.


Sumber: Anadolu

Baca juga: Paramiliter Sudan perpanjang jeda kemanusiaan selama 72 jam
Baca juga: Gubernur terima WNI asal Sulsel yang dievakuasi dari Sudan
Baca juga: Gubernur Jatim sambut kedatangan penyintas Sudan asal Jatim

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023