Mengusung keterbukaan dan dikerjakan bermodal kepedulian.

     Jakarta, 4/1 (ANTARA) - Masyarakat luas masih jarang yang mengetahui bahwa balap sepeda hampir dipastikan selalu berhasil menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di tiap kejuaraan. Tengok saja Sea Games 2011, cabang ini berhasil menyumbang 12 medali emas dari enam medali yang ditargetkan.

     Medali ini diraih para atlit di seluruh genre. Road race, Track ( Velodrome ), BMX,Down Hill dan Cross Country. Diantara mereka adalah Uyun Muzizah dan Ryan Ariehaan. Keduanya merupakan atlit sepeda Pemprov Jakarta. Seluruh atlit nasional tersebut sebelumnya dibina oleh masing - masing pemprov, club,komunitas, bahkan pribadi. Dan yang terbaik di antara merekalah yang kemudian berhak mewakili Indonesia, ditugaskan mengibarkan Merah Putih di tiang tertinggi sebagai pemenang.

     Salah satu efek reformasi 1998 melahirkan banyak sekali organisasi baru, tak jauh beda dengan di dunia sepeda. Tengok saja di lapangan, puluhan, bahkan ratusan komunitas sepeda terbagi berdasar hobi, jenis sepeda, dan misi sektoral lainnya. "Saya melihat semua kurang bergerak seirama. Pada saat Indonesia juara, semua pasti senang, tapi proses terberat dalam memproduksi perstasi tersebut justru ada di lini pembinaan. Pesepeda semakin banyak, diikuti menjamurnya beragam komunitas. Tak jauh berbeda, kegiatan bersepeda dalam berbagai bentuk juga tak kalah banyak. Namun disayangkan , masih terlalu sedikit kegiatan bersepeda yang mengusung prestasi dan dilakukan terus menerus serta jenjang peningkatan yang jelas" Ujar Raja Sapto Oktohari (Okto) selaku Ketua Umum ISSI Jakarta, sekaligus Ketua Umum HIPMI. ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia) selaku induk sepeda yang menghasilkan prestasi sepeda bagi Indonesia, namanya justru kian tenggelam dibandingkan komunitas. Bahkan masalah diinternal Pengurus Besar sendiri belum kunjung reda.

     "Apapun kondisinya,pembinaan prestasi harus terus jalan. Jangan lantas terpuruk. Biar saja public diluar beropini,toh mayoritas tak tau bagaimana perjuangan kami agar senantiasa terus bertahan" ditegaskan Wahyudi selaku kepala pelatih pelatnas balap sepeda.

     Sejalan dengan ISSI Jakarta,Okto mengambil sikap abstain dan memilih fokus ke prestasi. "Bukan kami tak peduli dengan politik, tapi tujuan utama kita adalah prestasi dan bagaimana melanggengkannya, bahkan wajib meningkatkannya dari waktu ke waktu".

     Menyingkapi ISSI Jakarta yang terkesan tertutup bagi masyarakat luas bahkan bagi kalangan pesepeda sendiri,tegas ditampik Okto "Saya mohon maaf bila kondisinya tampak seperti itu. Tak seluruhnya benar karena menjadi pengurus sebuah organisasi olahraga hingga saat ini masih berdasar ketulusan, belum profesional. Kedepannya kami rencanakan agar organisasi lebih profesional dan lebih terbuka bagi semua. Sebagai langkah awal, kami laksanakan proses seleksi atlet lapis 2 dari generasi muda. Dan buktinya,acara ini justru dilakukan oleh para pesepeda yang bukan dari lini prestasi. Karena niatannya baik, dan mereka memiliki kemampuan, serta tulus bekerja, ya kami dukung sepenuhnya"

     Acara seleksi atlit lapis II yang dimaksud Okto akan digelar 5 Januari 2013 mendatang. Rencananya akan digelar berseri tiap triwulan selama 2013. Pesertanya anak muda berusia 13 hingga 18 tahun yang mewakili club, komunitas,bahkan pribadi. 12 terbaik dari mereka akan direkrut untuk dibina secara serius sebagai atlit sepeda. Selain itu, juga disediakan kelas umum bagi peserta diatas 18 tahun sebagai ajang uji kekuatan.

     Seri II direncanakan berlangsung April atau Mei 2013. Pemenang diseri I akan kembali dipertandingkan di seri berikutnya. Di SeAts seri berikutnya standar akan ditingkatkan, Bila atlit di bawah standar, mereka akan dikeluarkan, sebaliknya bila yang diluar atlit ternyata lebih bagus, mereka berhak bergabung "Masyarakat Umum sepenuhnya dilibatkan, dan mereka menyaksikan proses seleksi terbuka sekaligus, tanpa bermaksud mengajari, diharapkan kegiatan seperti ini merupakan maket bagaimana kerjasama erat antara lini prestasi dan hobi yang selama ini seolah tak mau akur" ujar Inu Febiana selaku Ketua Pelaksana.

    Sebelum pelaksanaan acara seleksi 5 Januari mendatang, panitia SeAts telah menggelar latihan rutin bagi seluruh calon peserta dan atau pesepeda umum yang hendak belajar. Latihan tersebut digelar tiap hari senin,rabu dan jumat. Tak tanggung, pelatih yang diturunkan merupakan atlit nasional yang berpengalaman bertanding sekaligus berlatih. Salah satu diantaranya adalah Priyio Soesanto.

     Priyo Soesanto merupakan atlit Down Hill pemprov Jakarta yang juga merupakan pelatih tim BMX di Malang (Jawa Timur). Tim BMX binaan Priyo dan pelatih lainnya berhasil menyumbangkan medali emas bagi Indonesia di Sea Games 2011 lalu.

     "Bertahap kami bekali mereka pemahaman holistic dan komprehensif mengenai sepeda. Tak hanya aspek dilapangan tapi juga kelas teori. Bagi 12 anak muda yang terpilih nantinya akan kami latih menguasai seluruh kenis sepeda. Tak hanya cabang trek di Velodrome,atau Road Race,tapi juga BMX,Xcross Country, bahkan Down Hill" ujar Priyo saat tengah melatih calon peserta di Velodrome Rawamangun.

     Latihan bersama pra lomba yang digelar rutin ini banyak diikuti tak hanya pesepeda yang tinggal disekitar Velodrome Rawamangun. Tak sedikit dari mereka menggunakan sepedanya dari Bintaro,Cengkareng, bahkan Bogor. Contohnya Brama yang baru berusia 12 tahun, dan Yudha. Sekar selaku orang tua Brama bingung atas tingginya antusias Brama sekaligus senang dia belajar bersepeda dari sumber yang tepat. " Pagi tadi anakku sampai menangis karena ternyata hujan pada saat mau latihan."

     "Ini disayangkan memang Jakarta sebagai Ibukota, tapi Velodrome yang dibangun pada 1973 masih outdoor. Kalau hujan kami tak bisa melanjutkan latihan karena lintasan sangat licin dan berbahaya." Dijelaskan Priyo. Melalui akun twitter-nya,@SeAtsjkt sempat menyinggung mengenai Velodrome ini "Superb licin. Monggo disampaikan ke Pak Gubernur supaya kita bisa diberikan Velodrome indoor.http://lockerz.com/s/272581199"

     "Saya telah membuktikan di dunia tinju. Bila dibina dengan serius dan profesional, Indonesia sangat mampu menjadi juara dunia dalam bidang apapun, termausk sepeda. Hanya saja, tak mungkin berjalan bila cuma kami yang mengerjakan ini semua Pemerintah perlu mendukung dengan melonggarkan birokrasi dan tentu pendanaan ; teman - teman media memberitakan; masyarakat turut serta membantu minimal doa; terakhir, tentu peran sponsor. Kita harus realistis bahwa sepeda merupakan olahraga yang mahal. Dalam hitungan saya, porsi ideal untuk membina satu tim terdiri dari 12 orang, setidaknya diperlukan dana satu juta dollar satu lagi yang terpenting adalah ijin dan dukungan orangtua. Usia 13 hingga 18 jelas masih berada dibawah tanggung jawab mereka. Bila terpilih dan nanti dijinkan, kami akan membantu anak - anak mereka menjadi anak muda tangguh dan berdaya juang tinggi" papar Okto panjang lebar. Okto akhir - akhir ini dikenal sebagai promotor juara dunia tinju asal Indonesia, yaitu Daud "Chino" Jordan dan Chris John.

     Untuk informasi lebih lanjut silakan menghubungi Tim SeAts, : 021 8020 5000/ sc@seatsjakarta.com/@SeAtsjkt/,
Inu Febiana : 0812 844 93439
http://www.seatsjakarta.com

Pewarta: Masnang
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013