Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan bahwa olahraga yang bersifat bertahap dan tidak menghentak-hentak bisa membantu pasien asma memperbaiki kualitas hidupnya untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.

“Kita masih belum berani untuk mengatakan asma dapat sembuh. Asma tidak dapat sembuh sampai sejauh ini, tapi dapat dikendalikan secara baik dan kalau ini terkontrol maka penderita asma bisa hidup secara normal,” kata anggota PDPI Arief Bachtiar dalam Konferensi Pers Hari Asma Sedunia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Arief menuturkan asma adalah penyakit kronis yang umum dan berpotensi serius, yang ditandai dengan penyempitan dan peradangan saluran pernapasan yang mengakibatkan sesak nafas.

Hal itu membuat penderita asma harus lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan, terutama bila melakukan aktivitas berat atau sedang berada di lingkungan dengan cuaca yang sensitif seperti berhawa dingin.

Guna memperbaiki kualitas hidup yang cenderung lebih sensitif, ia menyarankan para penderita asma untuk melakukan olahraga seperti berenang, lari kecil (jogging), yoga, jalan kaki ringan atau melakukan senam asma.

Bagi jenis olahraga senam, penderita asma bisa mempelajarinya melalui video di internet, bila di area tempat tinggalnya tidak ada dokter paru.

Sejumlah olahraga itu bisa membantu secara perlahan mencegah terjadinya perubahan kelembapan secara mendadak pada saluran pernafasan. Selain itu pada prinsipnya, penderita asma bisa mengoptimalkan otot-otot pernafasannya.

“Memang harus hati-hati. Katakanlah pada penderita yang masih hipersensitif pada hawa dingin, ini pada awalnya memang akan sering batuk-batuk atau merasakan kondisi yang tidak nyaman dulu, tapi bila semakin lama dilatih, biasanya bisa membaik,” katanya.

Waktu berolahraga, katanya, bisa semakin ditingkatkan sesuai dengan kemampuan penderita. Hanya saja, hal yang harus dipastikan ketika berolahraga adalah tetap membawa obat-obat pertolongan yang dibutuhkan seperti inhaler.

Kemudian terkait olahraga yang tidak dianjurkan pada awal-awal penderita asma ingin mulai berolahraga, misalnya seperti bulu tangkis atau sepak bola. Ia mengimbau agar masyarakat tidak menyepelekanya atau memaksakan diri mengikuti para profesional dengan penyakit yang sama berolahraga.

Ia mencontohkan salah satu pesepak bola andal David Beckham. Meski menderita asma, ia sudah terlatih secara bertahap hingga bisa berolahraga dengan kondisi yang stabil seperti saat ini.

Di sisi lain meski menekuni sepak bola, David tetap bersikap waspada dan memastikan dirinya aman dengan selalu menyediakan inhaler untuk digunakannya segera ketika terjadi serangan asma mendadak.

“Kalau memang sudah terlatih, (kondisi) bagus tidak ada masalah. Mungkin David Beckham aman- aman karena kalau tiba-tiba kambuh, beliau langsung menghirup obat-obatan itu, ada fotonya yang terkenal di ruang ganti. Jadi tidak ada halangan untuk penderita penyakit asma untuk berolahraga, tapi awal-awal harus bertahap,” ujarnya.

Baca juga: Senam asma bantu ringankan gejala asma
Baca juga: PDPI minta spirometri disediakan di semua fasyankes guna deteksi asma

 

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023