Kuala Lumpur/Singapura (ANTARA) - Pihak berwenang Malaysia pada Selasa masih mencari tiga awak kapal tanker yang hilang sehari setelah kapal berbendera Gabon itu terbakar di perairan pantai selatan.

Kapal berusia 26 tahun yang dinamai Pablo itu berlayar dari China ke Singapura untuk mengambil minyak mentah.

Tidak ada laporan tentang tumpahan minyak karena kapal itu tidak membawa muatan, kata Badan Penegakan Maritim Malaysia (MMEA).

Namun, MMEA tidak mengesampingkan kemungkinan ketiga awak yang hilang yang terdiri dari warga India dan seorang warga Ukraina itu masih berada di atas kapal.

Kepulan asap belum memungkinkan MMEA memeriksa kapal tersebut setelah api mulai padam sore hari.

Baca juga: Satu kapal penumpang di Indragiri Hilir terbalik

"Ada kemungkinan ketiganya masih berada di atas kapal," kata pejabat MMEA Saiful Lizan Ibrahim pada jumpa pers di Negara Bagian Johor.

Dua puluh lima awak lainnya berhasil diselamatkan yang 23 di antaranya dijemput oleh dua kapal yang melintas di dekat tanker nahas itu, kata pihak berwenang. Empat awak mengalami luka parah.

Tim penyelamat menyisir area seluas 71 mil laut untuk mencari awak yang hilang.

Pablo Union Shipping, pemilik kapal yang berpusat di Kepulauan Marshall itu, belum dapat dihubungi untuk dimintai komentarnya.

Kapal yang biasa mengangkut minyak Iran ke China setidaknya sejak pertengahan 2022 tersebut terakhir kali membawa minyak Iran ke pelabuhan Qingdao akhir Januari, kata Emma Li, analis Vortexa di China.

Baca juga: SAR evakuasi empat WNA di perairan Mentawai

Menurut data Kpler dan Vortexa, kapal yang dibuat pada 1997 itu berlabuh di pelabuhan Zhoushan, China, pada Februari-April, sebelum berlayar menuju pelabuhan Singapura dan Malaysia.

MMA menyatakan telah melakukan operasi SAR setelah mendapat laporan ada kebakaran pada Senin pukul 16.00 waktu setempat (15.00 WIB) dan menyelidiki penyebabnya.

Sanksi keras atas ekspor minyak Iran diberlakukan lagi oleh mantan Presiden AS Donald Trump.

Namun, pasokan komoditi itu telah menyelinap ke China sejak akhir 2019, yang disamarkan berasal dari Oman, Malaysia dan Uni Emirat Arab.

China berkali-kali mengecam sanksi sepihak oleh Amerika Serikat dan menyebut perdagangannya dengan Iran sebagai praktik bisnis yang normal dan sesuai hukum internasional.

Baca juga: TNI-Polri lakukan patroli cegah kegiatan ilegal perbatasan RI-Malaysia

Sumber: Reuters

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023