Islamabad (ANTARA) - Pakistan mencatat rekor tertinggi inflasi sebesar 36,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada April, demikian disampaikan Biro Statistik Pakistan (Pakistan Bureau of Statistics/PBS).

Inflasi pada April naik 2,4 persen dalam basis bulanan (month on month) dengan kenaikan harga pangan masih menjadi pendorong utama di balik kenaikan ini, kata biro tersebut pada Selasa (2/5).

Indeks Harga Konsumen (IHK) kelompok pangan meningkat menjadi 261,17 pada April dari 176,38 setahun sebelumnya, menandai lonjakan sebesar lebih dari 48 persen, sementara untuk kelompok transportasi melonjak 56,77 persen.

Data tersebut menunjukkan kenaikan harga tepung terigu sebesar 106,7 persen, gandum 103,52 persen, telur 100,88 persen, beras 87,86 persen, kentang 76,87 persen, daging ayam 43,13 persen, dan gula 42,14 persen.
 
   Seorang karyawan penukaran uang tengah menghitung sejumlah uang pada salah satu money changer di Islamabad, Pakistan. Biro Statistik Pakistan mencatat rekor tertinggi inflasi sebesar 36,4 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada April 202 untuk negara tersebut. (Xinhua)


Sebuah laporan yang dirilis oleh perusahaan riset terkemuka Pakistan, Arif Habib Limited, mengatakan bahwa angka yang tercatat pada April mewakili inflasi tahunan tertinggi sejak data itu tersedia pada Juli 1965

Kementerian Keuangan Pakistan memprediksi dalam laporan prospek terbarunya bahwa inflasi akan tetap berada pada level yang tinggi dalam beberapa bulan ke depan di Pakistan, terlepas dari kebijakan moneter yang memicu kontraksi dari State Bank of Pakistan (SBP), bank sentral negara itu.

"Pendorong utama (inflasi) adalah kenaikan harga pangan dan energi. Depresiasi mata uang dan kenaikan harga-harga yang diatur (administered price) telah berkontribusi dalam mendongkrak tingkat harga secara keseluruhan," kata laporan perkiraan dan informasi ekonomi bulanan dari kementerian tersebut yang dirilis pada Sabtu (29/4) pekan lalu.

 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023