Jakarta (ANTARA) -
Kementerian pariwisata dan ekonomi kreatif (Kemenparekraf) RI mendorong ekosistem kerja yang adil dan berpihak pada perempuan.
 
"Ekosistem kesetaraan itu harus dibangun di lingkungan kerja, karena saat ini perempuan  sudah punya banyak pilihan untuk berkarier,  ekosistem suportif inilah yang penting untuk melindungi perempuan," kata Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Nia Niscaya  di Gedung Saptapesona Kemenparekraf Jakarta Pusat, Kamis.

Diskusi Perempuan Berdaya Penggerak Ekonomi Bangsa dalam rangka memperingati Hari Kartini yang jatuh setiap 21 April diselenggarakan di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf RI.
 
Nia mengatakan, ketika perempuan menjalani dua karier, suami harus terlibat membawa iklim positif kepada keluarga dan perkembangan anak.

Baca juga: Peringatan Hari Kartini momen bangkitnya perempuan Jayapura cerdas

Baca juga: Kisah Sunnyva Aulliah, Kartini muda dari Terminal Kalideres
 
Namun, selain itu, seorang istri dan ibu juga harus memahami prioritasnya, kapan harus mengabdi di rumah tangga, dan kapan harus mengabdikan diri dan mengikuti aturan kantor.
 
"Dalam memimpin, saya selalu mengasosiasikan sebagai Ibu. Kalau ada perempuan yang mau memerah ASI, itu saya tekankan kalau pulang dulu saja, karena saya paham sakitnya kalau ASI itu sudah waktunya dikeluarkan," kata Nia.
 
Ia juga mengatakan sebagai ibu, perempuan akan dilihat oleh anaknya betapa hidup itu mudah, tetapi kenyataannya, seorang ibu tidak selalu mengalami permasalahan yang mudah.
 
"Kalau anak sakit, suami sakit, utamakan dan dahulukan mereka, tetapi ketika mereka sehat, usahakan untuk datang tepat waktu ke kantor, dan mengabdikan diri di kantor," ujar perempuan yang telah meniti karier selama lebih dari 30 tahun di Kemenparekraf ini.
 
Ia juga memaparkan data tenaga kerja perempuan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia tahun 2022, dimana 55,5 persen atau 2,4 juta dari total 22,9 juta tenaga kerja di sektor pariwisata.
 
Sedangkan 3,8 juta dari total 23,9 juta tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif.
 
Meski begitu, Ia mengatakan bahwa perempuan masih memiliki banyak dilema di dunia kerja.
 
"Kalau laki-laki pulang malam ke rumah, tetangga pasti bisik-bisik, maklum, hebat cari nafkah untuk keluarga, tapi kalau yang pulang malam perempuan, bisik-bisiknya beda, kok dia baru pulang sih, kerja apa, ya, pulang jam segini?" kata dia kesal.
 
Ia menekankan bahwa dunia inilah yang sehari-hari harus dihadapi oleh perempuan Indonesia, tetapi Ia juga menekankan bahwa perempuan tidak boleh merasa rendah diri, harus terus memperjuangkan dirinya, meningkatkan kapasitas diri, dan memperjuangkan hak di kancah publik.
 
Nia juga menuturkan, secara kebijakan, komitmen pemberdayaan perempuan juga sudah dituangkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, dan tentu akan berlanjut pada KTT ASEAN 2023 yang sebentar lagi akan dihelat di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
 
"Kita sebagai salah satu yang menandatangani G20 Bali Guidelines. Tourism pilar ketiga itu adalah women and youth empowerment, dan secara kebijakan tentu akan dibuat dan berlanjut," kata Dia.
 
Nia juga menuturkan, saat ini program-program desa wisata Kemenparekraf juga sudah berjalan di seluruh Indonesia dengan perempuan sebagai penopangnya.
 
"Sektor ekraf itu yang mendominasi proporsi perempuan. Saya yakin program-program kita terus mengarah kesana karena ini komitmen multilateral, ini juga sudah sejalan dengan tema Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yaitu pembangunan inklusif dan berkelanjutan," tutur Nia.*

Baca juga: MSI Kalbar minta generasi muda lanjutkan perjuangan RA Kartini

Baca juga: Fotografi mengantarkan Sandriani Permani terbang tinggi

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023