Washington (ANTARA) - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr pada Kamis (4/5) menegaskan bahwa perjanjian tahun ini untuk memberikan akses militer kepada Amerika Serikat oleh Filipina tidak dimaksudkan untuk menyerang negara lain.

Saat berbicara kepada sebuah kelompok kajian di Washington, Marcos mengatakan ia sudah menjelaskan hal itu kepada pejabat China dalam pertemuan baru-baru ini.

"Menteri Luar Negeri China baru saja mengunjungi saya.. dan saya katakan kepadanya bahwa (akses) tersebut bukan sebagai pangkalan militer untuk menyerang, gerakan melawan seseorang, negara lain, tidak China dan negara mana pun," kata Marcos.

Marcos juga menjelaskan bahwa AS tidak meminta Filipina untuk menyediakan pasukan jika seandainya terjadi perang antara AS dan China terkait Taiwan.

Saat berbicara di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Marcos mengatakan Persetujuan Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA) pada 2014 mengizinkan akses di Filipina itu terkait dengan dampak perubahan iklim.

Menurut Marcos, penggunaan pangkalan EDCA bagi aksi ofensif adalah hal yang akan berada di luar ketentuan yang telah dibicarakan antara Filipina dan AS.

Ia juga menegaskan bahwa Washington tidak pernah mengemukakan kemungkinan penggunaan pangkalan itu sebagai tempat persiapan untuk melakukan serangan ke negara lain.

Hubungan Manila dan Washington semakin akrab di bawah kepemimpinan Marcos Jr dan ia memberikan empat lagi akses bagi militer AS pada Februari lalu.

Langkah tersebut dipandang oleh China sebagai tindakan yan gmenyalakan api ketegangan di kawasan.

Menurut pengamat, AS memandang Filipina sebagai lokasi strategis untuk menempatkan roket, rudal dan sistem artileri untuk menghadapi ancaman China terhadap Taiwan, pulau yang dianggap bagian dari wilayah mereka.

Menteri Pertahanan AS Llyod Austin, setelah pertemuan dengan kementerian pertahanan Filipina bulan lalu, mengatakan bahwa terlalu dini untuk membicarakan mengenai fasilitas apa yang akan ditempatkan di pangkalan militer di Filipina.

Marcos berkunjung ke Washington untuk menemui Presiden Joe Biden dan membahas lebih jauh mengenai komitmen AS melindungi negaranya di bawah pakta keamanan 1951, di tengah semakin tingginya ketegangan di Laut China Selatan.

Biden menyatakan komitmen AS kepada Marcos Jr bahwa kerja sama kedua negara "sangat kuat", termasuk di Laut China Selatan --kawasan tempat Manila berada di bawah tekanan China.

Setelah kunjungan Marcos Jr ke Pentagon pada Rabu (3/5), kedua pihak menandatangani dokumen enam halaman yang berisi "pedoman pertahanan bilateral" , yaitu komitmen AS kepada Filipina di bawah perjanjian pertahanan bersama 1951.

Menurut Marcos, hubungan Washington dan Manila kembali normal dan perlu dikembangkan lebih jauh agar mereka bisa lebih responsif terhadap tantangan yang ada saat ini atau di masa mendatang.

Di bawah pemerintahan Rodrigo Duterte, hubungan Filipina dengan AS sempat renggang gara-gara keputusan Duterte yang berpaling dari negara bekas penjajahnya itu dan menjalin hubungan lebih erat dengan Beijing.

Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Filipina: Pangkalan militer AS bukan untuk aksi ofensif

Baca juga: Militer AS siap kembali ke Teluk Subic Filipina, lawan kehadiran China


 

Joe Biden: KTT G20 forum penting bagi warga dunia

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023