Angka tersebut menandai pertumbuhan positif FBI sebesar 35,8 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan positif itu diikuti dengan penghasilan laba sebelum pajak (profit before tax) perseroan sebesar Rp16,4 miliar atau tumbuh 7 persen (yoy).
“Pencapaian positif Bank Muamalat pada periode ini sejalan dengan strategi bisnis yang kami terapkan sehingga mampu menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp16,4 miliar dan laba bersih senilai Rp10,2 miliar,” kata Direktur Utama Bank Muamalat Indra Falatehan melalui keterangan resminya di Jakarta, Jumat.
Pionir bank syariah di Indonesia tersebut membukukan penyaluran pembiayaan sebesar Rp19,4 triliun, yang artinya tumbuh 2,4 persen (yoy) per 31 Maret 2023. Indra menjelaskan, penyaluran pembiayaan pada kuartal I-2023 merupakan yang tertinggi sejak Maret 2022.
Selain itu, Financing to Deposit Ratio (FDR) perseroan juga turut meningkat dari 41,3 persen pada 31 Maret 2022, menjadi 42,7 persen pada akhir Maret 2023.
Lebih lanjut, Indra memaparkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat Rp45,5 triliun, dengan dana murah (CASA) sebesar Rp21,4 triliun.
Adapun dari sisi bisnis Cash Management System (CMS) per 31 Maret 2023, akuisisi CMS meningkat sebesar 46 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan akusisi tersebut berkontribusi pada kenaikan CASA sebesar 6 persen secara year to date (ytd).
Indra lanjut menjelaskan, aset Bank Muamalat per 31 Maret 2023 tercatat sebesar Rp61,6 triliun. Perseroan berhasil menjaga kualitas aset dengan baik yang terlihat dari rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 0,75 persen.
Ia menambahkan, total modal Bank Muamalat per akhir Maret 2023 tercatat sebesar Rp6,97 triliun. Adapun rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 32,38 persen per akhir Maret 2023. Rasio tersebut berada jauh di atas ambang batas ketentuan regulator.
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023
