Teknologi bioremediasi yang menggunakan mikroorganisme ini mampu membersihkan limbah minyak bumi empat kali lebih cepat dibandingkan metode konvensional,"
Jakarta (ANTARA News) - Pakar bioteknologi tanah Institut Pertanian Bogor Dr Dwi Andreas Santosa mengatakan teknologi bioremediasi yang dikembangkan IPB mampu menekan biaya pembersihan tanah dari limbah lumpur minyak (sludge) hingga 50 persen.

"Teknologi bioremediasi yang menggunakan mikroorganisme ini mampu membersihkan limbah minyak bumi empat kali lebih cepat dibandingkan metode konvensional," kata Dwi Andreas pada forum diskusi Energy & Mining Editor Society (E2S) di Jakarta, Rabu.

Dalam melakukan penelitiannya, Ketua Program Studi Bioteknologi Tanah dan Lingkungan, Sekolah Pasca Sarjana IPB itu menggunakan bakteri Bacillus sp. ICBB 7859.

Bakteri atau mikroorganisme itu memproduksi enzim-enzim yang mampu mengubah (transformasi) polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut. Termasuk dalam polutan ini diantaranya logam-logam berat, petroleum hidrokarbon dan pestisida.

Selanjutnya polutan beracun terurai (degradasi) dan mengalami perubahan bentuk. Struktur kimianya menjadi tidak kompleks atau berubah bentuk, dan akhirnya menjadi bahan yang tidak berbahaya serta tidak beracun, jelas Dwi Andreas.

Hasil uji bioremediasi IPB bekerja sama dengan PT CPI pada Januari 2012 menunjukkan bahwa penggunaan bakteri mampu mengurai limbah minyak bumi berat dan tanah tercemar hingga di bawah satu persen dalam waktu enam minggu.

Ia mengakui bahwa tidak mudah untuk menyakinkan kalangan industri migas dalam negeri maupun pemerintah untuk menerapkan teknologi bioremediasi hasil temuannya.

"Dan celakanya kebanyakan KKKS migas di Indonesia sampai sekarang tetap memilih teknologi bioremediasi dari luar negeri yang terbukti lebih mahal dan lama pelaksanaanya," katanya.

Menurut dia, dari sisi regulasi bioremediasi versi IPB ini juga sudah sesuai dengan Kepmen Lingkungan Hidup 128/2003 tentang tata cara pengolahan limbah minyak bumi.

Teknologi bioremediasi menjadi pilihan utama kalangan industri migas dunia untuk membersihkan lingkungan dari limbah hasil produksi. Alasan utamanya, kata Dwi Andreas karena teknologi bioremediasi jauh lebih murah bila dibandingkan menggunakan cara lainnya seperti pembakaran (thermal), landfill maupun soil washing.
(ANT)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013