Padang (ANTARA) - Akademisi sekaligus tokoh adat perempuan Minangkabau atau yang disebut juga dengan Bundo Kanduang Prof Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib mengatakan saat ini cukup banyak perempuan Minang salah kaprah mengenakan pakaian adat.

"Banyak salah kaprah terutama dalam mengenakan pakaian pengantin," kata akademisi sekaligus tokoh adat perempuan Minangkabau (Bundo Kanduang) Prof Puti Reno Raudhatul Jannah Thaib di Padang, Sabtu.

Prof Puti Reno menjelaskan pada prinsipnya pakaian Minangkabau, pakaian adat, atau pakaian pengantin ialah menutup aurat. Namun, saat ini banyak pakaian pengantin menggunakan sunting tetapi tidak menutup aurat.

"Kalau saya melihat itu bukan pakaian Minangkabau tapi pakaian orang modern," kata penulis Matrilineal System in Minangkabau Culture tersebut.

Baca juga: Akademisi tegaskan pakaian adat merupakan identitas etnis

Baca juga: Makna di balik pakaian dan gerakan pesilek Minangkabau


Terkait pelestarian pakaian adat Minangkabau, ahli waris Kerajaan Pagaruyuang itu mengatakan sejauh ini pemerintah daerah dinilai sudah cukup baik dalam melestarikannya sebagai identitas etnis salah satunya melalui organisasi ibu-ibu pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK).

Bahkan, organisasi PKK di beberapa daerah
memiliki pakaian sampingan seperti Baju Kuruang Basiba pada kegiatan tertentu. Tak hanya itu, di tataran aparatur sipil negara (ASN) terdapat pengaturan penggunaan baju yang meliputi baju Muslimag dan pakaian Minangkabau.

Di ranah pendidikan, para siswa di Sumbar juga mengenakan Baju Kuruang yang dipadukan dengan tutup kepala. Hal itu berkaitan erat dengan pedoman hidup orang Minangkabau yang menjadikan agama sebagai rujukan sendi-sendi kehidupan.

Oleh sebab itu, setiap warga, baik perempuan maupun laki-laki Minangkabau, harus memahami bahwa pakaian adat yang dikenakan merupakan sebuah identitas. Dengan kata lain, dari sisi pakaian, orang di luar etnis Minangkabau bisa melihat tentang suku tersebut.

"Melalui pakaian tadi orang bisa melihat perempuan Minangkabau itu bagaimana posisinya, kedudukan, harkat dan martabatnya," ujar pemilik nama pena Upita Agustine tersebut.*

Baca juga: Sumbar mengidentifikasi 800 jenis pakaian adat perempuan

Baca juga: Jokowi puji baju adat Minangkabau

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023