Jakarta (ANTARA News) - Keputusan Bank Indonesia yang mempertahankan BI rate di tingkat 5,75 persen pada 2013 dinilai wajar, kata Ekonom dari Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih.

"Didorong ekspektasi inflasi 2013 yang masih wajar dan faktor eksternal negara lain juga melakukan kebijakan serupa. Saya rasa keputusan itu wajar," kata Lana saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, perkiraan inflasi tahun 2013 masih dalam batas wajar dan pergerakan nilai tukar rupiah masih bisa dikendalikan dengan operasi pasar terbuka seperti menarik rupiah ke instrumen-instrumen BI seperti Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Term Deposit.

Selain itu, berbagai negara lain juga tidak melakukan perubahan terhadap suku bunga acuan mereka.

Menurut prediksinya, likuiditas rupiah pada Januari 2013 akan lebih banyak ditanamkan pada surat utang negara (SUN). Hal ini dikarenakan penyaluran kredit oleh bank tidak akan terlalu agresif pada periode awal tahun.

Sebelumnya Bank Indonesia memutuskan tetap mempertahankan tingkat BI rate sebesar 5,75 persen yang dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi sebesar 3,5 - 5,5 persen.

"Dengan prediksi inflasi yang tetap terkendali dan rendah pada 2013, BI masih mempertahankan BI Rate pada 5,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.

Menurut dia, evaluasi menyeluruh terhadap kinerja pada 2012 dan prospek tahun 2013 dan 2014 menunjukkan perekonomian Indonesia tumbuh cukup tinggi dengan inflasi yang terkendali.

"Kinerja ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan yang ditetapkan BI dan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi dunia," katanya.

Dia menambahkan fokus kebijakan BI saat ini diarahkan untuk mengelola keseimbangan eksternal dan stabilitas nilai tukar rupiah.

Ke depan, BI juga akan terus mempererat koordinasi dengan pemerintah untuk mengelola permintaan domestik dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional tetap tinggi.

(A064/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013