Jakarta (ANTARA) - Perusahaan produsen gas industri PT Surya Biru Murni Acetylene Tbk (kode saham: SBMA) mencatatkan pendapatan usaha yang naik 7,7 persen secara year on year (yoy) dari Rp24,6 miliar pada kuartal I-2022 menjadi Rp26,5 miliar pada kuartal I-2023.

Di sisi lain, beban pokok pendapatan perseroan meningkat dari Rp11,6 miliar pada kuartal I-2022 menjadi Rp15,1 miliar pada kuartal I-2023, disebabkan oleh kenaikan biaya pembelian Raw Material dan distribusi akibat naiknya harga BBM, sebagaimana keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Per 31 Maret 2023, perseroan mencatatkan total aset yang dimiliki sebesar Rp269,06 miliar pada kuartal I-2023, atau tidak bergeser terlalu jauh dari total aset yang senilai Rp269,60 miliar pada kuartal I-2022.

Selain itu, perseroan berhasil menekan utang usaha kepada pihak ketiga menjadi Rp3,41 miliar pada kuartal I-2023, dari sebelumnya di angka Rp5,11 miliar pada kuartal I-2022.

Kemudian, beban aktual juga turun hingga ke angka Rp1,04 miliar pada kuartal I-2023, dari Rp1,45 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya, serta utang pembelian aset tetap turun jadi Rp793,01 juta dari Rp1,03 miliar.

Surya Biru Murni Acetylene mencatatkan jumlah liabilitas jangka pendek yang turun cukup signifikan menjadi Rp27,68 miliar pada kuartal I-2023, dari sebelumnya pada akhir tahun 2022 yang masih Rp30,19 miliar.

Pada kuartal I-2023, perseroan membukukan kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi sebesar Rp741,83 juta, karena keberhasilan dalam menjaga piutang usaha dan mencatatkan penerimaan kas dari pelanggan yang sebesar Rp27 miliar atau lebih tinggi dari pendapatannya.

Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti menyatakan target utama perseroan adalah menjadi perusahaan gas industri yang terdepan di Pulau Kalimantan dan Indonesia, dengan terus berupaya berinovasi dan ekspansi bisnis di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Utara.

“Ketika disebut SBMA maka orang-orang tahu itu dari Kalimantan,” ujar Rini.

Rini menyebut target bisnis tersebut realistis dikarenakan kebutuhan terhadap gas industri terus meningkat, sehingga dengan adanya ASP (Air Separation Plant) baru diharapkan bisa meningkatkan produksi hingga lima kali lipat.

"Sebagaimana diketahui, peluang pendapatan bagi SBMA terbuka lebar untuk memenuhi permintaan pasar liquid yang terbuka di Petrokimia, Migas, Medis dan distributor yang diperkirakan mencapai 5 juta liter per tahun," ujar Rini.

Di sisi lain, perseroan mengumumkan pengunduran diri Cintia Kasmiranti selaku Direktur Keuangan & Administrasi dan Corporate Secretary Perseroan namun, beliau akan tetap mengawasi perseroan sebagai salah satu Direksi di PT Surya Biru Titilea Investama selaku pemegang saham SBMA.

Baca juga: S&P Global Ratings akuisisi 15 persen saham PEFINDO
Baca juga: Merdeka Battery sebut 40 persen dana IPO diserap investor asing
Baca juga: Omicron meluas, emiten produsen gas SBMA antisipasi kebutuhan oksigen

 

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023