Kami secara eksplisit mengatakan bahwa jika Chavez meninggal, kami ingin melihat pemilu dilakukan secepat mungkin.
Sao Paulo/Brasilia (ANTARA News) - Brasil menginginkan peran sebagai pemimpin dalam transisi kekuasaan di Venezuela dengan mendesak pemerintah negara kaya minyak tersebut untuk segera mengadakan pemilihan umum jika Presiden Hugo Chavez meninggal.

Seorang pejabat senior Brasil yang tidak disebutkan namanya oleh Reuters mengatakan, negara tersebut juga menginginkan agar Amerika Serikat tidak campur tangan dalam usaha tersebut karena intervensi langsung Amerika Serikat dikhawatirkan dapat menjadi bumerang.

"Kami secara eksplisit mengatakan bahwa jika Chavez meninggal, kami ingin melihat pemilu dilakukan secepat mungkin," kata pejabat tersebut.

"Kami berpendapat bahwa pemilihan umum adalah cara yang paling baik untuk memastikan transisi demokratis yang damai, yang juga merupakan keinginan Brasil," kata dia.

Pendirian Brasil soal Venezuela sangat penting karena negara merupakan yang terbesar di Amerika Latin dan menikmati pertumbuhan ekonomi yang paling cepat di kawasan.

Desakan Brasil untuk pengadaan pemilu yang cepat paska-kepemimpinan Chavez menandai langkah penting dalam kemunculan negara itu sebagai kekuatan diplomasi baru di wilayah Amerika Latin.

Di bawah kepemimpinan Presiden Dilma Rousseff, murid dan penerus Luiz Inacio Lula da Silva, Brasil juga mengambil peran proaktif dalam penyelesaian krisis politik di Honduras setelah kejatuhan mantan Presiden Manuel Zelaya pada 2009.

Sebelumnya, Brasil tidak banyak mengambil langkah kepemimpinan dalam krisis regional dengan lebih memilih sikap bahwa negara lain berhak untuk menentukan nasibnya sendiri, sebuah prinsip yang telah lama menjadi dasar diplomasi Brasil.

Rousseff adalah seorang berasal dari partai berhaluan kiri moderat yang merupakan pendukung kuat Chavez selama dekade terakhir. namun dia juga dipandang sebagai tokoh netral da kredibel untuk menjadi penengah jika krisis politik di Venezuela muncul.

Dengan desakan untuk solusi demokratis, Brasil berharap dapat menghalangi pemimpin utama kelompok oposisi Henrique Capriles untuk memprovokasi kerusuhan sipil jika Chavez meninggal.

"Kami bekerja dengan keras untuk memastikan terjaganya perdamaian," kata pejabat Brasil kepada Reuters.

Undang-undang Venezuela mengharuskan pemilu dalam 30 hari jika presiden meninggal. Sebelum pergi ke Kuba untuk melakukan operasi, Chaves mendesak warga di negara itu untuk mendukung Wakil Presiden Nicolas Maduro jika penyakit kanker yang dideritanya memaksa dia turun jabatan.

Beberapa pejabat luar negeri di kawasan Amerika Latin, dan beberapa aktivis dari lingkaran oposisi, telah menyatakan kekhawatiran bahwa pemerintah dapat saja membelokkan aturan jika jajak pendapat menunjukkan bahwa Maduro kalah.

(G005)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013