Singapura (ANTARA) - Harga minyak menguat di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah permintaan yang kuat untuk bahan bakar di AS melebihi kekhawatiran tentang kemungkinan produsen minyak dan konsumen terbesar dunia itu gagal membayar utangnya.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 26 sen menjadi diperdagangkan di 76,67 dolar AS per barel pada pukul 00.15 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 28 sen menjadi diperdagangkan di 72,84 dolar AS per barel.

Data AS terbaru menunjukkan harga konsumen naik pada April, meningkatkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi yang dapat berdampak langsung pada pengurangan permintaan minyak.

Naiknya suku bunga global juga telah membebani harga minyak dalam beberapa bulan terakhir, dengan para pedagang khawatir tentang resesi.

Namun, permintaan bahan bakar di AS menunjukkan tanda-tanda kekuatan. Persediaan bensin AS turun 3,2 juta barel minggu lalu, jauh lebih banyak dari perkiraan penarikan 1,2 juta barel oleh para analis. Stok sulingan juga menurun, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan pada Rabu (10/5/2023).

Permintaan bahan bakar jet AS naik ke level tertinggi sejak Desember 2019.

Sementara itu, pembicaraan mendetail tentang peningkatan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS dimulai pada Rabu (10/5/2023) dengan Partai Republik terus bersikeras pada pemotongan pengeluaran.

Kebuntuan telah mengguncang investor, mengirim biaya mengasuransikan eksposur ke utang pemerintah AS ke rekor tertinggi, karena Wall Street semakin khawatir tentang risiko gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Wall Street ditutup beragam di tengah tanda-tanda perlambatan inflasi
Baca juga: Emas tergelincir karena ambil untung setelah data inflasi AS
Baca juga: Dolar melemah, investor cerna data inflasi lebih rendah dari perkiraan

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023