Singapura (ANTARA) - Harga minyak bangkit kembali di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah turun lebih dari satu dolar per barel di sesi sebelumnya, didukung oleh data permintaan bahan bakar yang lebih kuat dari Amerika Serikat, konsumen minyak utama dunia.

Minyak mentah berjangka Brent terkerek 17 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 76,58 dolar AS per barel pada pukul 06.53 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 17 sen, juga naik 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 72,73 dolar AS per barel.

Penurunan persediaan bensin AS yang lebih tajam dari perkiraan mendorong harga lebih tinggi, mencerminkan permintaan yang lebih kuat untuk bahan bakar transportasi di AS.

Namun, investor tetap berhati-hati karena kenaikan suku bunga global terus mendorong kekhawatiran resesi.

"Harga minyak mentah Brent telah berhasil mendapatkan kembali pijakan akhir-akhir ini dari kondisi teknis oversold sebelumnya, tetapi kemajuannya agak terhenti karena kegelisahan perbankan (global) yang belum terselesaikan membuat sentimen terkendali," kata Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG.

Risiko penurunan yang sedang berlangsung terhadap kondisi pertumbuhan global dapat menekan harga ke kisaran yang bergerak maju, dengan kebutuhan akan katalis yang lebih konkret untuk mendorong lebih tinggi lagi, kata Yeap.

Data AS terbaru menunjukkan harga konsumen naik pada April, meningkatkan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi, yang dapat berdampak langsung pada pengurangan permintaan minyak.

Sementara itu, persediaan bensin AS turun 3,2 juta barel pekan lalu, lebih banyak dari perkiraan penarikan 1,2 juta barel oleh para analis, data terbaru dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan.

Stok sulingan juga turun, sementara permintaan bahan bakar jet AS naik ke level tertinggi sejak Desember 2019.

Masih ada ketidakpastian latar belakang ekonomi mengaburkan prospek ke depan, kata analis di ANZ.

"Sementara inflasi AS mereda lebih dari yang diharapkan pada April, ada kekhawatiran dampak kenaikan suku bunga baru-baru ini, baru sekarang muncul di ekonomi AS," kata analis ANZ, menambahkan sentimen bearish terus menembus pasar komoditas di tengah kurangnya tanda-tanda permintaan yang lebih kuat.

Sementara itu, investor juga mengincar pembicaraan terperinci tentang peningkatan plafon utang pemerintah AS sebesar 31,4 triliun dolar AS yang dimulai pada Rabu (10/5/2023), dengan Partai Republik terus bersikeras pada pemotongan pengeluaran.

Kebuntuan telah mengguncang investor, mengirim biaya mengasuransikan eksposur ke utang pemerintah AS ke rekor tertinggi, karena Wall Street semakin khawatir tentang risiko gagal bayar yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca juga: Emas tergelincir karena ambil untung setelah data inflasi AS
Baca juga: Dolar jatuh terhadap yen dengan imbal hasil AS tertekan setelah IHK
Baca juga: Wall Street ditutup beragam di tengah tanda-tanda perlambatan inflasi

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023