Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) menyatakan bahwa Indonesia dengan potensi produksi yang besar seharusnya lebih dapat mengembangkan hasil olahan rumput laut dan tidak hanya sebagai pemasok bahan baku di tingkat dunia.

Ketua Umum ARLI, Safari Azis, di Jakarta, Rabu, mengatakan sebagai penghasil rumput laut terbesar di dunia, Indonesia seharusnya bisa lebih mengembangkan hasil olahan rumput laut yang lebih luas.

"Sehingga Indonesia tidak hanya berperan sebagai pemasok bahan baku untuk dunia saja, tetapi bisa juga menjadi pemain penting dalam hasil produk olahannya," katanya.

Untuk itu, menurut dia, diperlukan baik riset maupun inovasi guna menemukan variasi produk yang dibutuhkan masyarakat mulai dari makanan, kosmetika hingga produk obat-obatan.

Ia berpendapat, prospek olahan rumput laut dalam negeri pun masih besar karena masih banyak industri yang membutuhkan hasil olahan agar-agar dan carrageenan sebagai bahan pengenyal, pengemulsi, pengental dan penjernih untuk bahan pencampur alami.

"Masih banyak produk makanan dan minuman yang berbasis rumput laut dan di luar negeri sudah terdapat sekitar 500 produk lebih yang menggunakannya dan di dalam negeri sendiri harus bisa lebih mengembangkannya," katanya.

Safari mengatakan, banyaknya hasil olahan produk rumput laut seharusnya bisa diserap lebih baik oleh pasar dalam negeri seharusnya membuat berbagai pihak terkait mewujudkan pasar olahan domestik yang lebih luas.

Sedangkan untuk menumbuhkan hilirisasi rumput laut, ujar dia, ekonomi biaya tinggi masih menjadi ganjalan besar demikian pula dengan hal lainnya seperti dalam hal perizinan dan produk regulasi yang kondusif untuk investasi.

"Prosedur birokrasi yang tidak berbelit-belit dan kemudahan perizinan sangat penting untuk menarik para investor," kata Ketua Umum ARLI.

Untuk itu, ia mengimbau agar pemda dan pemerintah pusat serta kementerian yang terlibat agar bisa lebih dapat berkoordinasi dengan asosiasi.

Sementara itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan komitmennya untuk mengembangkan rumput laut karena komoditas tersebut akan dapat menyerap hingga lebih dari 650 ribu orang pada tahun 2014.

"Sampai akhir 2014, kegiatan usaha budidaya rumput laut yang padat karya, diperkirakan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 650.188 orang serta tercapainya peningkatan nilai tambah komoditas rumput laut Rp550 miliar dengan nilai produksi sebesar Rp1,063 triliun," kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo.

Berdasarkan data KKP, produksi rumput laut basah pada 2014 ditargetkan mencapai 1.182.159 ton di atas lahan seluas 19.703 ha. Sedangkan kebutuhan bahan baku bagi industri 118.000 ton.

Karenanya, ujar dia, untuk memacu kegiatan usaha di perikanan budidaya, KKP terus menyalurkan program bantuan Pengembangan Usaha Mina Pedesaan (PUMP) antara lain sebanyak 3.600 paket untuk 3.600 Kelompok Pembudidaya Ikan yang terdiri atas 40 ribu pembudidaya ikan dengan total anggaran sebesar Rp234 miliar.
(M040)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013