Berbagai langkah ditempuh Garuda Indonesia untuk dapat kembali “terbang tinggi” setelah mengalami masa surut dan terancam bangkrut....
Depok (ANTARA) - Direktur Utama (Dirut) PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., Irfan Setiaputra membahas tentang restrukturisasi kinerja perusahaan saat memberikan kuliah umum di depan mahasiswa 
Program Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Universitas Indonesia (UI).

Kuliah umum itu bertema “Lead the Survival: Melihat Fundamen Penting Restrukturisasi dan Transformasi Kinerja dari Perspektif Leadership di Garuda Indonesia."

"Berbagai langkah ditempuh Garuda Indonesia untuk dapat kembali “terbang tinggi” setelah mengalami masa surut dan terancam bangkrut. Periode itu tidak serta-merta dihadapi maskapai penerbangan pelat merah tersebut," kata Irfan Setiaputra dalam keterangannya, Jumat.

Baca juga: Garuda Indonesia menghadirkan penerbangan langsung Shanghai-Jakarta PP

Sejumlah kasus fraud di masa lalu, seperti mark-up, membuat limbung perusahaan karena terbelit utang.

Kondisi tersebut diperparah dengan  pandemi COVID-19 yang membuat industri penerbangan berada di titik terendah sepanjang kiprahnya.

Menurut Irfan, demi tetap bertahan, perusahaan melakukan berbagai upaya, seperti menunda dan memotong gaji karyawan hingga melakukan program pensiun dini yang dilakukan dengan sangat selektif sesuai kemampuan yang terbatas.

Akan tetapi, upaya tersebut tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah. Garuda Indonesia harus tetap membayar utang di tengah pemasukan yang tidak pasti. Apalagi, perusahaan ini mulai menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban dan Pembayaran Utang (PKPU) dari krediturnya.

Seiring berjalannya waktu, Garuda Indonesia mulai bangkit melalui restrukturisasi utang, yaitu 50 persen penurunan nilai utang dari 10,1 miliar dolar AS menjadi 5,1 miliar dolar AS.

Baca juga: Garuda Indonesia tambah penerbangan saat kunjungan Wapres di Malut

Total revenue meningkat setelah selesainya PKPU yang dikontribusi dari peningkatan total revenue regular, khususnya pendapatan penumpang yang naik seiring dengan pelonggaran persyaratan penerbangan.

Total revenue  2022 sebesar 1,3 miliar dolar AS (GA Only) meningkat 57 persen jika dibandingkan dengan 2021 yang hanya sebesar 783 juta dolar AS.

Dalam mengatasi permasalahan Garuda Indonesia,  jajaran manajemen  berfokus pada kapabilitas untuk menghasilkan solusi terbaik bahkan di situasi tersulit pun.

"Kuncinya adalah dengan tidak mengeluh, tetap berpikir positif, tidak menyalahkan keadaan, serta bersikap ceria dan bahagia," ujar Irfan.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023