Mengingat kalender data hari ini cukup ringan, saya pikir mata uang kemungkinan akan tetap dalam kisaran baru-baru ini
Singapura (ANTARA) - Dolar AS bertahan dekati puncak lebih dari satu minggu di awal sesi Asia pada Jumat pagi, karena sejumlah data semalam menunjukkan ekonomi AS melambat, dengan investor bertaruh bahwa Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival utamanya, turun 0,059 persen menjadi 102,02, tidak jauh dari 102,15 yang disentuh semalam, tertinggi sejak 2 Mei. Indeks berada di jalur untuk menghentikan penurunan beruntun dua minggu, naik 0,7 persen minggu ini.

Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan pasar mungkin didorong oleh data ekonomi AS yang lemah dan terus memperkirakan beberapa penurunan suku bunga yang cukup agresif oleh Fed tahun ini.

Kong mengatakan mata uang mungkin akan diperdagangkan dalam kisaran yang relatif ketat selama jam Asia. "Mengingat kalender data hari ini cukup ringan, saya pikir mata uang kemungkinan akan tetap dalam kisaran baru-baru ini dan pasar akan cukup tenang memasuki akhir pekan."

Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran melonjak ke tingkat tertinggi 1,5 tahun minggu lalu, menunjuk ke retakan di pasar tenaga kerja karena permintaan melambat, menurut data pada Kamis (11/5/2023), yang juga menunjukkan bahwa harga produsen rebound moderat pada April.

Baca juga: Dolar jatuh terhadap yen dengan imbal hasil AS tertekan setelah IHK

Baca juga: Dolar turun di Asia karena krisis plafon utang AS belum terselesaikan


Laporan tersebut dipandang konsisten dengan ekspektasi sebagian besar ekonom tentang resesi pada akhir tahun.

"Angka-angka ini seharusnya menyenangkan The Fed, karena setiap pelunakan di pasar tenaga kerja akan membantu mendinginkan inflasi AS," kata Ryan Brandham, kepala pasar modal global, Amerika Utara, di Validus Risk Management.

Pasar memperkirakan peluang 98 persen Fed akan bertahan dalam pertemuan Juni tetapi telah mulai memperkirakan pemotongan suku bunga yang dalam pada akhir tahun, CME FedWatch Tool menunjukkan. Kontrak suku bunga berjangka menunjukkan ekspektasi pedagang untuk Fed memulai pemotongan pada September.

Presiden Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan pada Kamis (11/5/2023) bahwa periode suku bunga tinggi yang diperpanjang dan kurva imbal hasil terbalik dapat memberi lebih banyak tekanan pada bank, tetapi akan diperlukan jika inflasi tetap tinggi.

Christopher Wong, ahli strategi mata uang di OCBC, mengatakan masih ada keterputusan yang luas antara pasar dan Fed mengenai waktu dan ukuran penurunan suku bunga, dengan pasar mencari pemotongan sekitar 75 hingga 80 basis poin, sementara The Fed tampaknya bertekad untuk mempertahankan suku bunga.

"Akan ada volatilitas saat pasar menyesuaikan untuk menutupi pemutusan," kata Wong. "Jika pasar pada akhirnya akan melepas harapan dovish mereka dan menyelaraskan kembali ekspektasi suku bunga mereka dengan Fed, maka dolar mungkin masih menemukan beberapa dukungan."

Pembuat kebijakan Fed memiliki sekitar lima minggu lagi data untuk diurai sebelum pertemuan mereka berikutnya, dan mengatakan mereka berniat untuk menyaringnya dengan hati-hati sebelum membuat keputusan.

Sementara itu, euro naik 0,03 persen menjadi 1,0917 dolar, sedangkan yen Jepang menguat 0,03 persen menjadi 134,53 per dolar. Dolar Australia turun 0,01 persen menjadi 0,670 dolar AS. Kiwi turun 0,24 persen menjadi 0,628 dolar AS.

Sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2512 dolar, naik 0,02 persen setelah turun 0,6 persen pada Kamis (11/5/2023).

Bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunga utamanya sebesar seperempat persentase poin menjadi 4,5 persen pada i Kamis (11/5/2023) dan Gubernur Andrew Bailey mengatakan bank sentral Inggris akan "tetap berada di jalur itu" karena berusaha untuk mengekang inflasi tertinggi dari ekonomi utama mana pun.

Ahli strategi NatWest mengatakan tidak adanya dilusi dovish terhadap pedoman kebijakan BoE membuka pintu untuk pengetatan lebih lanjut tetapi mereka percaya inflasi dapat mereda sepanjang tahun ini dan itu mungkin berarti kenaikan lebih lanjut mungkin tidak terjadi.

"Kami terus berpikir bahwa inflasi utama akan turun dengan cepat di bulan-bulan mendatang, sementara hambatan konsumen dari suku bunga yang lebih tinggi akan mengurangi permintaan, yang berarti 4,5 persen kemungkinan akan menjadi puncak suku bunga acuan".

Baca juga: Dolar naik ditopang laporan kredit, sterling dekati tertinggi 1-tahun

Baca juga: Dolar naik di awal sesi Asia, sterling berada dekat tertinggi 1-tahun

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023