kesehatan global juga ditentukan salah satunya oleh perawat
Jakarta (ANTARA) -
Kepala Seksi Pengendalian Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta Sarvita Dewi mengatakan bahwa Hari Perawat Sedunia adalah momen menjadikan perawat untuk investasi kesehatan di masa depan.
 
“Sudah waktunya kita melakukan perubahan untuk menjadikan perawat sebagai investasi kesehatan, karena investasi akan berdampak di masa depan, dengan melindungi perawat, ke depan perawat akan menjadi aset untuk meningkatkan dan mengatasi kesehatan global,” kata Vita pada diskusi tentang Hari Perawat Sedunia oleh Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
 
Tahun ini, tema yang diangkat oleh Konsil Keperawatan Internasional adalah “Perawat kita, masa depan kita.”
 
“Melalui tema ini, Konsil Keperawatan Internasional ingin menekankan dan mengingatkan kembali bahwa kesehatan global juga ditentukan salah satunya oleh perawat, jadi kita belajar kembali dari kejadian pandemi kemarin, tentang betapa pentingnya peran perawat sebagai investasi masa depan yang harus dilindungi, dihormati, dan dihargai,” ujar Vita.

Baca juga: Hari Perawat Sedunia: Kontribusi Perawat Masih Terkendala UU
Baca juga: Anggota DPR nilai perawat profesi mulia
 
Vita juga mengisahkan, dirinya telah mengabdi sebagai perawat selama 30 tahun sejak 1993. Menurutnya, dalam melakoni profesi sebagai perawat tentu banyak suka duka yang dialami.
 
“Ada dua kejadian duka yang membekas saat bekerja, sebagai perawat anak, saya harus merawat anak yang sedang sakit di rumah sakit, tapi di rumah, anak saya juga sedang sakit, tapi kan itu bukan alasan untuk tidak berangkat kerja, jadi kita harus punya keyakinan kalau yang di rumah akan merawat anak kita dengan baik,” tuturnya.
 
Ia juga mengisahkan, duka yang mendalam dirasakan saat dirinya sudah memiliki hubungan baik dengan pasien, misalnya pasien dengan penyakit kronis, karena akan berkomunikasi setiap hari dan dalam waktu yang cukup lama.
 
“Kita akan bertemu dengan pasien dengan penyakit tersebut cukup lama, komunikasinya juga sudah cukup baik, dan akrab dengan pasien dan orang tua, tetapi ada beberapa penyakit yang memang tidak bisa disembuhkan, sehingga pasien ini harus berpulang. Itu bukan hanya kesedihan yang ditanggung keluarga,tetapi juga untuk kita yang sudah merawat sehari-hari,” katanya.

Baca juga: Hari Perawat Nasional, perlindungan perawat dari diskriminasi didorong
Baca juga: PPNI: Investasi global perlu untuk wujudkan perawat tangguh
 
Selain duka, Vita juga bercerita tentang kebanggaannya saat berhasil menangani pasien yang gawat darurat sehingga bisa pulih lagi, atau saat menjadi orang pertama yang menyaksikan bayi lahir di dunia.
 
“Kalau ada pasien gawat darurat, kita rawat terus pulih itu kebanggaan, terus pasien yang masuk dengan penyakit parah lalu bisa sembuh, itu juga kebanggaan,” katanya.

Ia mengatakan, menjadi orang pertama yang dilihat oleh bayi yang pertama lahir ke dunia, itu juga kebanggaan dan kebahagiaan demikian juga saat bisa mengiringi pasien yang meninggal dan mendampingi kehidupan akhir yang berkualitas.  
 
Hari Keperawatan Internasional sudah dicanangkan sejak tahun 1974 oleh Konsil Keperawatan Internasional tepat pada 12 Mei untuk memperingati hari lahir ibu keperawatan dunia, Florence Nightingale, yang dikenal dengan sosok Lady with The Lamp atau perempuan yang membawa lampu.
 
“Florence adalah tokoh keperawatan pertama yang mengenalkan prinsip keperawatan modern, jadi sebelum ini keperawatan tidak terlalu dianggap penting. Beliau mengenalkan bahwa dengan keperawatan yang baik, maka kesehatan juga meningkat,” tutur Vita.

Baca juga: Gubernur Jatim: Perawat beri peran signifikan selama pandemi
Baca juga: Ketua DPR: COVID-19 jadi evaluasi pentingnya investasi keperawatan

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023