Magelang (ANTARA) - Anak didik harus bisa mengekspresikan gagasan dengan menggunakan berbagai bahasa sehingga menjadi kebutuhan penting bagi mereka untuk memiliki kemampuan lebih dari satu bahasa, kata Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jawa Tengah Nikmah Nurbaiti.

"Anak-anak nanti harus bisa menulis, mengekspresikan gagasannya menggunakan berbagai bahasa," katanya di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu.

Ia mengatakan hal itu setelah menghadiri peringatan HUT Ke-15 Sekolah Bhakti Tunas Harapan (SBTH) --sekolah tiga bahasa (Indonesia, Inggris, Mandarin) di Kota Magelang-- yang antara lain ditandai dengan doa lintas agama, pentas kesenian, pemotongan tumpeng, dan jalan santai.

Ia mengemukakan pentingnya anak didik tidak hanya menerima pelajaran bahasa asing, tetapi juga memiliki kemampuan yang baik menyampaikan gagasan menggunakan bahasa tersebut, antara lain untuk menulis dan bercerita.

Oleh karena itu, ia memberikan apresiasi kepada Yayasan Bhakti Tunas Harapan yang menaungi SBTH dengan model pendidikan bagi para murid jenjang kelompok bermain/taman kanak-kanak, SD, SMP, dan SMA menggunakan pengantar tiga bahasa tersebut.

"Tidak hanya reseptif atau menerima tetapi juga memproduksi, yaitu menyampaikan gagasan, menulis, bercerita, dan tentu sudah dibuktikan oleh anak-anak di SBTH ini," ucapnya.

Baca juga: Wagub Jateng apresiasi sekolah berkomitmen junjung keberagaman

Kemampuan berbahasa secara baik, termasuk berbahasa asing, kata dia, menjadi kunci bagi anak didik untuk memiliki pengetahuan dan perspektif yang luas.

Ia menyebut SBTH Kota Magelang yang dibuka sejak 2008 dengan total jumlah siswa saat ini 516 anak berasal dari Magelang dan sekitarnya, telah menjadikan ikon unggulan kegiatan belajar mengajar, berupa penerapan sekolah tiga bahasa.

"Kemampuan bahasa menjadi semacam pintu gerbang yang nanti akan banyak pintu lain terbuka. Jadi, menguasai satu bahasa lain, seperti memiliki kunci untuk membuka pintu gerbang yang lebar. Kita bisa ke mana-mana dan banyak peluang dimungkinkan untuk orang yang menguasai bahasa asing," ujar dia.

Ketua Umum Yayasan Bhakti Tunas Harapan Tanto Sindhu Muliawan menjelaskan pembukaan sekolah tiga bahasa di kota itu pada 2008 sebagai wujud kepedulian sosial, terutama para pendiri yayasan, dalam upaya bersama mencerdaskan kehidupan bangsa di daerah setempat.

Pada awalnya, katanya dalam acara di Gedung Tri Bhakti Kota Magelang, yayasan membuka PAUD dengan 35 murid, sedangkan saat ini telah ada 500-an siswa KB/TK, SD, SMP, dan SMA menjalani pendidikan di tempat tersebut.

Baca juga: Ganjar minta bahasa Jawa tetap diajarkan sekolah

Para guru dan murid sekolah itu dengan berbagai latar belakang seperti suku dan agama, ujar dia, sudah terbiasa menjalin kebersamaan dan toleransi karena memiliki kesadaran yang baik tentang nasionalisme serta pentingnya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Hingga saat ini, kami terus membangun sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung secara terus-menerus peningkatan kualitas pendidikan para siswa," katanya.

Ia menyebut sejumlah lulusan SMA sekolah itu beroleh kesempatan beasiswa melanjutkan pendidikan tinggi di China selama empat tahun untuk selanjutnya kembali ke Tanah Air untuk mengabdikan diri bagi kemajuan Indonesia.

Manajer Pendidikan SBTH Y Setyo Widodo menjelaskan sekolah tersebut menekankan pentingnya pendidikan karakter, nasionalisme, penghargaan terhadap keberagaman, dan toleransi.

Melalui pendekatan belajar mengajar menggunakan tiga bahasa, kata dia didampingi Koordinator Kepala Sekolah SBTH Gerardus Edi Prasetyo, sekolah mengakomodasi dan mengembangkan berbagai kemampuan serta bakat anak didik untuk memperkuat jiwa nasionalisme dan kebhinnekaan.

Baca juga: Belajar bahasa asing lebih mudah dengan seni

Ia menyatakan optimistis pada masa mendatang semakin kuat kepercayaan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka dengan berbagai latar belakangnya ke sekolah itu.

Hadir pada acara itu, antara lain Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Sugiarti, jajaran guru dan pengelola sekolah, komite sekolah, orang tua murid, serta para siswa.
 

Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023