Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan generasi milenial dan post-milenial saat ini difokuskan menjadi target utama Program Bangga Kencana dalam mendorong terwujud keluarga Indonesia berkualitas.

“Pembangunan keluarga adalah fondasi utama tercapainya kemajuan bangsa. Tahun 2025-2035 merupakan fase puncak periode bonus demografi yang harus terus dikapitalisasi,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Sabtu.

Ia menekankan pembangunan keluarga muda yang berkualitas kunci penting mewujudkan Indonesia Emas atau 100 Tahun Indonesia Merdeka sebab keluarga yang berkualitas akan hidup secara sehat dan produktif.

Oleh karena negara diprediksi akan menghadapi bonus demografi atau masa di mana negara memiliki lebih banyak penduduk usia produktif, katanya, generasi muda saat ini menentukan pembangunan bangsa pada masa depan.

Dengan gaya mereka yang kekinian, katanya, pola komunikasi yang dilontarkan pemerintah ketika bersosialisasi harus diubah sesuai dengan kebutuhan anak muda saat ini.

Misalnya, katanya, Bangga Kencana tidak perlu selalu diberitahukan hanya terkait dengan program KB.

“Jangan hanya soal KB, namun membangun keluarga secara utuh dalam berbagai dimensinya, seperti persoalan stunting, ini masih menjadi problem bagi keluarga Indonesia," kata Hasto.

Dalam hal ini, katanya, target sasaran itu bisa mulai diperkenalkan dengan penyebab hingga dampak buruk stunting beserta cara pengentasan yang di antaranya melalui pemeriksaan kesehatan dan pemberian pendampingan pada calon pengantin, termasuk audit kasus stunting.

Baca juga: BKKBN sebut keluarga berkualitas kunci capai target SGDs tahun 2023

Bisa pula, ucapnya, mengenai Three Zero yakni bebas napza, tidak menikah di usia muda, dan tidak seks bebas.

"Oleh karena itu, keberadaan dan keaktifan Poktan (Kelompok Kegiatan) Bidang KSPK (Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga) menjadi urat nadi yang menandakan berjalan-tidaknya program pembangunan keluarga," kata Hasto.

Selain mempersiapkan generasi muda melalui aspek kesehatan, kehidupan berkeluarga juga harus diukur dan dipantau melalui capaian Indeks Pembangunan Keluarga (I-Bangga).

Ia menjelaskan semakin tinggi nilai I-Bangga suatu daerah maka kualitas keluarga yang dinilai melalui ketenteraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga masuk dalam kategori tangguh, begitu pun sebaliknya.

Ia juga membeberkan capaian I-Bangga pada 2024 ditargetkan menjadi 61. Akan tetapi, dalam data BKKBN pada 2022 capaian nasional baru menyentuh 56,07. Padahal, saat tahun yang sama ditargetkan I-Bangga mencapai 57.

Ia menjelaskan jika berdasarkan data BKKBN, provinsi dengan nilai I-Bangga tertinggi DIY (59,42), Kepulauan Riau (59,39), dan Banten (58,97).

“Sedangkan yang terendah adalah Papua (46,32), Papua Barat (51,45), dan NTT (53,51),” ujar Hasto.

Baca juga: BKKBN: Pemutakhiran data PK-21 basis kebijakan program Bangga Kencana
Baca juga: BKKBN perkuat peran penyuluh keluarga lewat optimalisasi New Siga


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023