Jakarta, (ANTARA News) - Ratusan nelayan Cilincing, Jakarta Utara, terancam kehilangan mata pencahariannya akibat pembuangan limbah industri dari pabrik-pabrik sepanjang pesisir pantai utara Jakarta yang mematikan sebagian besar biota laut. "Limbah dari pabrik-pabrik yang ada di pesisir pantai mematikan semua hasil laut yang biasa kami olah, sehingga otomatis kami kehilangan mata pencaharian," kata nelayan tradisional Muhammad Tahir, di Jakarta, Kamis (8/6). Menurut para nelayan itu, serangan limbah pabrik yang meningkat sejak tahun 2003 sangat berdampak buruk terhadap pendapatan mereka sehingga mereka tidak dapat meneruskan pendidikan anaknya. Untuk mencegah meluasnya dampak buruk limbah industri itu terhadap hasil laut, para nelayan di Cilincing bersama nelayan pesisir pantai utara lainnya di Jakarta yang tergabung dalam Forum Komunikasi Nelayan Jakarta (FKNJ) melakukan dua kali aksi demo di depan Kantor Walikota Jakarta Utara pada 30 Mei dan 2 Juni dan di depan PT Bogasari pada 6 Juni lalu. "Kami berharap walikota mau memberi jalan keluar, agar pabrik tidak mengeluarkan limbahnya ke laut, atau minimal memberi jangka waktu pembuangannya hingga terjadwal, contohnya saat musim angin barat," kata Alimuddin, nelayan Cilincing. Menurut para nelayan, serangkaian aksi demo itu tidak mendapat tanggapan positif dari Kantor Walikota yang menganggap limbah itu berasal dari rumah tangga, bukan dari pabrik yang sudah memiliki unit pengelolaan limbah sendiri. "Limbah masyarakat seperti yang ada di selokan dan kali tidak akan mematikan hasil laut, jadi tidak bisa menyalahkan limbah rumah tangga," kata ketua FKNJ Acil. Acil menambahkan pabrik-pabrik yang beroperasi di pesisir pantai tidak pernah mengaku telah membuang limbah itu, padahal mereka menggunakan pengelolaan limbah hanya saat diadakan sidak dari Pemda DKI Jakarta. "Mereka memang punya pengelolaan limbah, tapi tidak pernah dipakai kalau tidak ada pemeriksaan, karena pengelolaan limbah sendiri sangat mahal, jadi lebih mudah buang di laut," katanya. Ketidakpedulian Walikota Jakarta Utara maupun Gubernur DKI Jakarta tidak hanya mengancam mata pencaharian para nelayan tradisional dan seluruh masyarakat di pesisir pantai utara, tetapi juga biota laut di Teluk Jakarta, katanya. Para nelayan itu merencanakan akan melakukan aksi yang mereka sebut kampanye anti limbah secara rutin setiap Selasa dan Jumat hingga tuntutan mereka terpenuhi. "Kampanye ini akan terus berjalan, bahkan anggota kami tiap harinya makin bertambah, sampai ke warga pesisir pantai di Bekasi," kata Candring, tokoh nelayan Cilincing.(*)

Copyright © ANTARA 2006