Bogota (ANTARA) - Kelompok gerilya sayap kiri Kolombia, National Liberation Army (ELN) pada Senin menyatakan bahwa pembicaraan damai dengan pemerintah terancam gagal gara-gara komentar Presiden Kolombia Gustavo Petro.

Pernyataan dari ELN tersebut merupakan kebuntuan terbaru pada saat berlangsungnya perundingan yang kembali dilakukan oleh Petro dengan kelompok pemberontak pada November 2022 lalu.

Pemerintah dan pihak pemberontak berusaha untuk mengakhiri konflik di Kolombia yang sudah berlangsung enam dekade dan menelan korban 450.000 jiwa.

"Pembicaraan damai tidak dapat mengikuti pernyataan terbuka oleh Presiden," demikian menurut sebuah pernyataan ELN.

"Negosiasi sudah memasuki masa krisis dan pemerintah harus memberikan penjelasan, sehingga jalan menuju perdamaian menjadi jelas, dan kita bisa berbicara dengan bahasa sederhana kepada negara dan dunia," kata pernyataan itu menambahkan.

Pihak pemerintah masih belum menanggapi pernyataan dari ELN tersebut.

ELN mengeluarkan pernyataan hanya beberapa hari setelah Petro mempertanyakan kekompakan para pemimpin kelompok tersebut dan memerintahkan militer Kolombia untuk membasmi kegiatan ekonomi gelap, seperti perdagangan narkotika yang mendanai kelompok bersenjata ilegal.

ELN yang didirikan oleh sekelompok pendeta Katolik radikal pada 1964, saat ini mempunyai 5.850 anggota, termasuk 2.950 tentara dan mereka dituduh mendanai kegiatan mereka melalui perdagangan narkotika, penambangan liar dan penculikan.

Perundingan dengan ELN di bawah pemerintahan sebelumnya tersendat gara-gara terjadinya perbedaan pendapat di antara para pemimpin grup tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: Kolombia dan pemberontak ELN akan lanjutkan perundingan
Baca juga: Presiden Kolombia puji dimulainya negosiasi dengan kelompok gerilyawan

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2023