Ikan timpakul sangat unik karena hidup di dua alam, baik di air maupun di darat dengan empat genera yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus, Periophthalmadon dan Scartelaos
Banjarmasin (ANTARA) - Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) kini mengembangkan wisata minat khusus, yakni mengamati perilaku ikan glodok atau dalam bahasa lokalnya disebut "timpakul" di Stasiun Riset Bekantan kawasan Pulau Curiak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.

"Ikan timpakul sangat unik karena hidup di dua alam, baik di air maupun di darat dengan empat genera yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus, Periophthalmadon dan Scartelaos," kata  Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus SBI, Ferina, di Banjarmasin, Selasa.

Ia menjelaskan keberadaan ikan timpakul sering menarik perhatian para pengunjung di Stasiun Riset Bekantan.

Memiliki sirip di dada yang berfungsi sebagai lengan untuk berjalan, merayap dan melompat, timpakul juga memiliki mata seperti mata kodok, kedua matanya bisa bergerak berlawanan arah di dalam waktu bersamaan serta dapat berputar 360 derajat.

Wisatawan pada umumnya sangat antusias menanyakan ikan unik tersebut karena perilakunya yang lucu, bahkan menakjubkan ketika melihat ikan timpakul merayap dan memanjat pohon rambai.

"Terkadang jika beruntung kita bisa menyaksikan atraksi timpakul yang seperti menari-nari, walaupun sebenarnya lagi bersaing memperebutkan wilayah," katanya.

Menurut dia timpakul juga membawa pesan lingkungan yang menandakan kawasan tersebut ekosistem lahan basahnya sehat karena timpakul merupakan salah satu spesies indikator biologi.

“Ini menunjukkan bahwa upaya kami melakukan restorasi ekosistem lahan basah mulai menampakkan hasil yang positif," katanya.

Dalam wisata minat khusus yang dikembangkan SBI bertajuk "Bekantan Ecotour" itu, kata Ferina, pengunjung diajak menyusuri trek hutan mangrove atau bakau hasil restorasi yang ditanam oleh SBI sejak enam tahun lalu.

Peneliti bekantan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dr Amalia Rezeki, sekaligus pendiri SBI mengatakan objek wisata minat khusus banyak dimanfaatkan sejumlah sekolah dan perguruan tinggi untuk edukasi serta penelitian keragaman hayati khas lahan basah.

Bahkan setiap bulannya ada saja pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan baik lokal maupun manca negara.

"Rencananya minggu depan kami menerima kedatangan wisatawan dari Jepang dan Hong Kong berjumlah sekitar 20 orang, serta bulan Juli nanti sudah teragendakan 40 mahasiswa dari Australia," kata Amel, sapaan akrab Amalia Rezeki.

Dia optimistis wisata minat khusus yang digelorakan terus berkembang karena tren wisata saat ini kembali ke alam dan ramah lingkungan.

Untuk itu, tahun ini SBI merencanakan pembangunan fasilitas penginapan di kawasan Stasiun Riset Bekantan mengingat banyaknya permintaan paket tur yang bermalam untuk menikmati bermalam di kawasan hutan mangrove tempat hidup bekantan sebagai maskot fauna Kalimantan Selatan, demikian Amalia Rezeki.

Baca juga: Kualitas air sungai Barito memenuhi syarat bagi ekologi ikan

Baca juga: Barito Timur adakan festival berburu ikan untuk lestarikan budaya

Baca juga: Pemkab Barito Timur tanam rumput gelagah jaga kelestarian ikan

Baca juga: Barito Timur gelar festival berburu ikan di sungai

Pewarta: Firman
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023