Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo kepada para mahasiswa mengingatkan pendidikan akhlak penting untuk menangkal berbagai pengaruh buruk yang mungkin ditemui saat berselancar di dunia maya seperti misalnya kabar bohong (hoaks), ujaran kebencian, dan paham-paham radikal.

Dia menjelaskan satu sisi dunia maya (Internet) memberi banyak kemudahan bagi masyarakat melalui berbagai inovasinya dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi, tetapi di dunia maya juga kerap ditemui berbagai persoalan, yang disebabkan antara lain kurang kuatnya pendidikan akhlak dan moral para pengguna, dan rendahnya tingkat literasi digital pengguna Internet.

"Berpadunya dua variabel, antara rendahnya literasi dan keberadaban digital dengan tingginya tingkat penetrasi Internet inilah yang kemudian memicu lahirnya berbagai persoalan. Kementerian Komunikasi dan Informatika pada Triwulan I 2023 mengidentifikasi 425 hoaks yang beredar di website dan platform digital. Di sinilah pentingnya kehadiran institusi yang mengajarkan pendidikan akhlak," kata Bambang Soesatyo saat memberi materi mengenai Empat Pilar MPR RI di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aqidah Al-Hasyimiah, Jakarta, Selasa.

Bambang Soesatyo, yang juga populer dengan nama Bamsoet, pun menilai STAI Al-Aqidah Jakarta dapat ikut mengambil peran mengisi kekosongan itu, menanamkan pendidikan akhlak kepada para mahasiswanya dan masyarakat pengguna Internet.

Ketua MPR RI lanjut menyampaikan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menunjukkan tingkat penetrasi/penggunaan Internet di Indonesia mencapai 78,19 persen atau sekitar 215,6 juta jiwa.

Tingginya pengguna Internet itu membuat pendidikan akhlak itu semakin penting, karena Bamsoet menilai ada nilai-nilai yang mulai pudar seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi di Indonesia. Ketua MPR RI menyampaikan nilai-nilai kearifan lokal seperti gotong royong, adab sopan santun, mulai tergeser dengan gaya hidup hedonis, individualis, dan pragmatis.

Dia juga khawatir akses informasi yang bebas dan deras di Internet, yang memungkinkan para penggunanya mengakses apa saja, dapat menjadi pintu masuk anak-anak muda terpapar budaya kekerasan dan paham-paham radikal.

"Tumbuhnya paham radikalisme sebagai konsekuensi dari pemaknaan sempit dan tidak kontekstual terhadap ajaran agama juga mulai merasuk pada generasi muda bangsa," kata dia.

Oleh karena itu, tidak hanya pendidikan akhlak, Bamsoet menilai wawasan kebangsaan juga penting untuk menjaga hidup tetap harmonis dan rukun.

"Dalam rangka mewujudkan harmoni dan menjaga keserasian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, setiap elemen masyarakat harus memiliki wawasan kebangsaan yang memandang diri dan lingkungannya sebagai satu ekosistem lingkungan. Saling menghormati dan saling bekerja sama, karena sebagai makhluk sosial, hidup berdampingan adalah fitrah kemanusiaan," kata Bambang Soesatyo.

Baca juga: Bamsoet: Penguatan MPR RI penting untuk antisipasi kedaruratan politik

Baca juga: MPR: Literasi digital harus diperluas demi akselerasi pembangunan

Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023