Berlin (ANTARA) - Meningkatnya ekspor barang dari Jerman ke negara-negara yang berbatasan langsung dengan Rusia menimbulkan kekhawatiran karena barang-barang itu bisa diekspor kembali ke Rusia dan membantu negara itu menghindari sanksi akibat perang di Ukraina.

Nilai ekspor Jerman ke Rusia anjlok lebih dari 47 persen selama Januari-Maret jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Kondisi tersebut memperlihatkan pembatasan ketat di bidang perdagangan oleh Uni Eropa dan negara-negara Barat lainnya.

Sebaliknya, nilai ekspor dari Jerman ke Kyrgystan justru melonjak tajam sekitar 949 persen menjadi 187,14 juta dolar AS (sekitar Rp2,8 triliun), menurut data statistik Jerman.

Meski nilainya tergolong moderat, ekspor Jerman ke Georgia juga melonjak 92 persen, ke Kazakhstan 136 persen, ke Armenia 172 persen dan ke Tajikistan naik 154 persen.

Peningkatan tajam dalam perdagangan sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 itu menimbulkan kekhawatiran bahwa produk-produk yang kena sanksi tetap bisa masuk ke Rusia karena dijual kembali oleh negara-negara tetangganya.

"Bagaimana menjelaskan peningkatan ekspor yang begitu tinggi?" kata Gabriel Felbermayr, ahli perdagangan dan presiden Insitut Riset Ekonomi Austria (Wifo).

Para pemimpin G7 akan membicarakan penambahan sanksi terhadap Rusia pada pertemuan puncak di Jepang minggu ini, termasuk upaya menghentikan pengelakan sanksi yang melibatkan negara ketiga.

Paket sanksi ke-11 Uni Eropa yang saat ini sedang dirundingkan juga akan berfokus pada individu dan negara yang berusaha menghindari pembatasan ke Rusia.

"Pengelakan sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia adalah hal yang tidak bisa diterima," kata Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner di Brussels, Selasa.

Namun, menindak barang yang diekspor kembali akan diperumit oleh tumpang tindihnya perjanjian perdagangan di antara negara-negara, yang tidak semuanya masuk dalam daftar yang terkena sanksi Barat.

Armenia, Belarus, Kazakhstan dan Kyrgystan memiliki kerja sama kepabeanan (custom union) dengan Rusia, sehingga produk yang masuk ke Kyrgystan bisa dijual kembali ke Rusia tanpa pengawasan pabean.

Meningkatkan Tekanan

Ekspor kendaraan bermotor dan onderdil ke Kyrgystan meningkat sangat tajam, terutama pada kuartal pertama, dengan kenaikan lebih dari 4.000 persen, mulai dari skala kecil sampai yang nilainya lebih dari 84 juta euro (sekitar Rp1,4 triliun).

Sementara itu, ekspor produk metal, bahan kimia dan pakaian meningkat lebih dari 1.000 persen.

Turki adalah negara yang memiliki custom union --integrasi ekonomi yang menghapus hambatan tarif antarnegara--​​​​​​​ dengan Uni Eropa.

"Jadi, produk industri bisa masuk ke Turki dari Uni Eropa dengan bebas bea. Namun, karena Turki tidak berpartisipasi dalam sanksi Uni Eropa, maka produk dari Eropa bisa diekspor dari sana ke Rusia," kata Felbermayr, menambahkan.

Demikian halnya dengan barang dari Turki yang masuk Jerman. Barang tersebut bisa saja mengandung sejumlah besar komponen Rusia sehingga Uni Eropa tak bisa berbuat apa-apa.

Setelah mendapat tekanan dari G7, Turki pada tahun ini akhirnya setuju untuk menghentikan transit produk Barat ke Rusia, sesuai daftar produk yang terkena sanksi.

Pemerintah AS sudah meningkatkan tekanan diplomatik terhadap negara dan perusahaan swasta global untuk memastikan pelaksanaan sanksi tersebut.

Sumber: Reuters

Baca juga: FT: EU akan beri sanksi pada perusahaan China yang bantu perang Rusia
Baca juga: Uni Eropa perpanjang sanksi kepada 1.500-an warga Rusia


 

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023