Jakarta (ANTARA) - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wawan Sujarwo mengatakan optimalisasi etnobotani dapat mendukung kemajuan riset dan inovasi bidang bioprospeksi untuk menuju Indonesia Emas 2045.  

"Pengembangan penelitian dan inovasi etnobotani memiliki nilai strategis untuk mengakselerasi peran, potensi, dan nilai tambah sumber daya tumbuhan Indonesia baik secara nasional maupun global," ujarnya dalam orasi ilmiah pengukuhan gelar profesor di Gedung BRIN, Jakarta, Rabu.  
 
Wawan menuturkan ada sekitar 391 ribu jenis tumbuhan berpembuluh yang tersebar di seluruh dunia. Sedangkan, Indonesia memiliki sekitar 30 ribu jenis tumbuhan berpembuluh yang sepertiganya merupakan jenis tumbuhan berguna dan hanya sekitar 500 jenis yang digunakan sebagai bahan obat tradisional.  
 
Menurutnya, peluang untuk menjembatani ilmu perekayasaan dan inovasi dalam meningkatkan nilai tambah sumber daya tumbuhan sangat dibutuhkan untuk peningkatan ekonomi yang berujung pada kemakmuran masyarakat Indonesia.  
 
Agar dapat berperan dengan baik, maka etnobotani harus melakukan transformasi dengan memperkokoh kapasitas sumber data dan informasi, sumber daya manusia, serta infrastruktur riset yang dapat menunjang pengembangan ilmu perekayasaan, salah satunya adalah bioprospeksi.
 
"Dan menjadi basis penting dalam konservasi dan resiliensi masyarakat dalam menghadapi berbagai perubahan," kata Wawan.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa transformasi etnobotani dengan kekinian ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengungkapan nilai guna dan potensi lokal tumbuhan diyakini dapat mewujudkan pengelolaan dan layanan ekosistemnya secara berkelanjutan.
 
Transformasi etnobotani terkini harus mengaktualisasikan diri pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi terkini dengan menampilkan peran dan peluang etnobotani dalam bioprospeksi, teknologi genomik, machine learning.
 
"Sehingga kekinian etnobotani dapat menjawab tantangan perubahan kondisi lingkungan dan perkembangan budaya," ucapnya.

Baca juga: Tiga guru besar riset BRIN dikukuhkan

Baca juga: BRIN berhasil perpanjang usia simpan madu jadi 419 hari


Baca juga: Peneliti BRIN kembangkan 'radio-fluorescent' untuk deteksi sel kanker

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023