Jakarta (ANTARA) - Kecakapan evakuasi warga empat desa rawan banjir di Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur, ditingkatkan melalui pelaksanaan simulasi.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ngawi pada Selasa (16/5) menggelar simulasi pelaksanaan evakuasi bagi warga empat desa rawan banjir di dekat Bengawan Solo dan Bengawan Madiun.

Sebagaimana dikutip dalam siaran pers BNPB yang diterima di Jakarta, Kamis, simulasi evakuasi melibatkan 100 warga Desa Waruk Kalong, Desa Tirak, Desa Karangsono, dan Desa Dinden di Kecamatan Kwadungan.

Simulasi yang diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2023 itu menunjukkan langkah-langkah yang dijalankan ketika hujan deras turun selama berjam-jam dan menyebabkan peningkatan debit air Bengawan Madiun dan Bengawan Solo.

Setelah menerima peringatan dini mengenai status waspada banjir di dua daerah aliran sungai itu, BPBD Kabupaten Ngawi segera meneruskan informasi ke desa yang paling rawan terdampak.

Pesan peringatan dini dari BPBD Kabupaten Ngawi diterima oleh Juwadi, Kepala Desa Waruk Kalong, Kecamatan Kwadungan, melalui radio satelit.

Juwadi kemudian menghubungi seluruh perangkat Desa Tangguh Bencana (Destana) untuk segera menyiapkan berbagai keperluan tanggap darurat bencana.

Seluruh anggota Destana Waruk Kalong lantas berkumpul di Kantor Kepala Desa Waruk Kalong untuk bersiap-siap.

Pemerintah Desa Waruk Kalong dengan bantuan dari BPBD, Pemerintah Kecamatan Kwadungan, Babinsa, Bhabinkamtibmas, tim kesehatan, dan relawan kemudian mengevakuasi warga dengan mengutamakan kelompok warga yang rentan.

Dalam waktu sekitar dua jam, seluruh warga yang tinggal di daerah paling rawan terdampak banjir telah berkumpul di Kantor Kepala Desa Waruk Kalong.

Kepala Desa Waruk Kalong Juwadi mengatakan bahwa banjir sering melanda wilayahnya selama musim hujan.

"Hampir setiap tahun terjadi banjir luapan pada saat musim hujan. Durasi banjir antara lima sampai tujuh hari," kata Juwadi.

"Apabila banjir luapan terjadi, maka pertanian menjadi sektor yang paling terdampak, menyebabkan kerugian pada petani," katanya.

Di samping itu, banjir menyebabkan infrastruktur rusak serta menyebabkan kegiatan pendidikan dan kegiatan usaha terganggu.

Saat hujan dengan intensitas tinggi turun, wilayah Kecamatan Kwadungan menghadapi risiko luapan air Bengawan Solo dan Bengawan Madiun serta tiga anak sungai yang berada di wilayahnya.

Dalam upaya meningkatkan kapasitas menghadapi bencana, sebanyak 11 Destana sudah dibentuk di wilayah Kecamatan Kwadungan.

Sementara Kabupaten Ngawi tercatat sudah memiliki 39 Destana dan 26 di antaranya ada di daerah rawan banjir.

Baca juga:
BNPB: Simulasi evakuasi banjir Blora jadi sarana belajar Destana
​​​​​​​
KP2C gelar simulasi evakuasi banjir

 

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2023