Jakarta (ANTARA) - Para peneliti dari Michigan University, Amerika Serikat menemukan bahwa kadar gula darah yang tinggi pada penderita stroke dapat mengganggu kemampuan otak, seperti dilaporkan Medicaldaily, Kamis (18/5).

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan di Jama Network Open, penderita stroke dengan tingkat gula darah yang tinggi juga berisiko alami penurunan kognitif dan demensia.

Sebanyak 60 persen penderita stroke ditemukan mengalami hilang ingatan dalam waktu satu tahun dan sepertiga dari mereka menderita demensia dalam waktu lima tahun. Di antara penderita demensia, sekitar 53 persen kasus disebabkan oleh stroke.

"Mengalami stroke meningkatkan risiko demensia seseorang hingga 50 kali lipat," kata penulis studi tersebut, Deborah A. Levine.

Para peneliti mengevaluasi 1.000 orang yang diukur fungsi otak dan tes darah selama bertahun-tahun sebelum dan sesudah mereka terkena stroke.

“Temuan ini menunjukkan bahwa kadar gula darah tinggi setelah stroke berkontribusi pada penurunan kognitif yang lebih cepat, dan hiperglikemia, terlepas dari status diabetesnya, bisa menjadi target pengobatan potensial untuk melindungi kognisi pasca stroke,” kata Levine.

Tim peneliti juga menemukan penderita stroke dengan tekanan darah tinggi atau kolesterol bernasib lebih baik pada tes kemampuan berpikir daripada mereka yang memiliki kadar gula darah tinggi.

Para peneliti mengatakan penderita stroke dapat berkonsultasi dengan tim kesehatan untuk mengembangkan strategi untuk mengelola kadar gula darah, terutama jika mereka memiliki pra-diabetes atau diabetes.

Baca juga: Dokter: Gula darah tak terkontrol bisa sebabkan kerusakan organ tubuh

Baca juga: Dokter: Gula darah tidak terkontrol dapat sebabkan kelainan retina

Baca juga: Dokter ingatkan masyarakat untuk tak konsumsi gula berlebih


Penerjemah: Pamela Sakina
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023