Jakarta (ANTARA) - Perusahaan farmasi BUMN PT Bio Farma membuka peluang transfer teknologi vaksin kepada Republik Ghana, Afrika Barat, sebagai komitmen Indonesia dalam memperkuat sistem kesehatan global menghadapi pandemi di masa depan.

"Dengan Ghana merupakan kerja sama antarnegara, salah satunya mereka ingin menjadikan Bio Farma sebagai tolok ukur tentang bagaimana penyimpanan vaksin, produksi, sampai pendistribusian," kata Kepala Departemen Corporate Communication Bio Farma Iwan Setiawan di Jakarta, Jumat.

Tujuh delegasi sektor layanan kesehatan Republik Ghana diutus untuk meninjau dan mempelajari mekanisme kerja PT Bio Farma di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (18/5).

Delegasi itu terdiri atas Policy Planning Monitoring and Evaluation Division-PPME Ghana Health Service (GHS) Sophia Kesewa Ampofo Kusi, Expanded Programme on Immunization Programme GHS William Opare, Regional Director Upper West GHS Damien Punguyire, Community Health Nurse Kumasi GHS Owusu Bright, Ghana Coalition of NGOs in Health Amissah-Nyarko Bright, Resource Mobilization Unit Ministry of Health Rita Baaba Tandoh-Apau, dan District Director of Health Service, Kumbungu District Northern Region Dr Seidu Barikisu Abubakari.

Baca juga: PT Bio Farma (Persero) pasok 70 persen kebutuhan vaksin dunia

Iwan mengatakan Bio Farma memiliki kapasitas produksi vaksin hingga 3,2 miliar dosis per tahun. Sebanyak 70 persen di antaranya diperuntukkan bagi kebutuhan ekspor menuju 135 negara.

"Bio Farma juga punya produk yang sudah dipakai di Ghana melalui Unicef seperti vaksin polio oral tipe 1 & 3 (bOPV). Ada juga vaksin yang dikirim ke negara lain lewat mekanisme bilateral, Unicef, dan bisnis," katanya.

Bio Farma juga berhasil memproduksi 5 juta lebih dosis vaksin COVID-19 IndoVac pada 2022 untuk memenuhi permintaan Kementerian Kesehatan serta memenuhi peluang ekspor.

"Selain itu, Bio Farma juga sedang melakukan transfer teknologi untuk pengembangan vaksin berbasis MRNA pertama di Indonesia," kata Iwan.

Ia mengatakan ada ketertarikan Republik Ghana untuk melakukan transfer teknologi dari Bio Farma. "Kami terbuka dengan siapapun, kalau ada yang sesuai dengan kita dan mereka punya fasilitasnya, kami siap berkolaborasi," katanya.

Baca juga: Timur Tengah tertarik adopsi teknologi vaksin Indonesia

Seperti diketahui, Republik Ghana telah memberlakukan National Vaccine Institute Bill pada 2023 dan telah mendirikan Institut Vaksin Nasional pada 10 Mei 2023 untuk mengembangkan arah kebijakan dan implementasi produksi dan pembuatan vaksin secara mandiri.

"Untuk industri farmasi memiliki persyaratan tinggi, ada beberapa yang di Ghana sudah siap. Kami siap transfer teknologi kalau fasilitas mereka siap," katanya.

Expanded Programme on Immunization Programme Ghana Health Service William Opare mengatakan pihaknya sedang menghadapi tantangan untuk memvaksinasi sekitar 33 juta penduduknya.

"Kami juga memiliki apa yang kami sebut keragu-raguan, di mana beberapa orang tua tidak bersedia membawa anaknya untuk imunisasi. Ada rumor negatif yang beredar tentang imunisasi," katanya.

William menyampaikan apresiasi pada sistem kerja program imunisasi di Indonesia dengan populasi sasaran berkisar 234 juta lebih penduduk di berbagai kepulauan yang luas.

Baca juga: Vaksin produksi PT Bio Farma aman dan tak dipalsukan

"Kami datang untuk mempelajari praktik-praktik terbaik di Indonesia, sehingga kami dapat melihat juga peningkatan dalam membandingkan imunisasi terorganisir dengan pemerintah pusat dan daerah di Indonesia," katanya.

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023