Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah tetap akan menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) Ritel pada akhir Juli 2006 meskipun kondisi pasar saham dan obligasi saat ini kurang menggembirakan yang kemungkinan akan memperbesar biaya penerbitannya. "Kita memang tidak bisa melawan pasar, tetapi kita juga harus mempertimbangkan banyak hal. Pengelolaan utang kan bersifat jangka panjang, mungkin pada saat diterbitkan mahal, tetapi ke depan bisa dilakukan 'debt switching', 'buy back', dan lainnya dengan tujuan menurunkan biaya utang dan resiko," kata Direktur Pengelolaan SUN Departemen Keuangan, Rahmat Waluyanto, di Jakarta, Jumat. Ia menyebutkan, pemerintah akan konsisten dengan rencana yang sudah ditetapkan sehingga tidak dapat seenaknya melakukan perubahan kebijakan yang pada akhirnya justru berdampak buruk. "Kita tidak bisa hanya karena melihat satu kejadian kemudian membuat tidak konsisten. Kita akan konsisten seperti lelang SUN setiap bulan yang terus kita lakukan meski pasar tidak menguntungkan. Ini akan menjadi sinyal dari pemerintah kepada pasar," katanya. Ia menegaskan, pemerintah akan tetap menerbitkan SUN ritel pada akhir Juli 2006, berbagai persiapan sudah dilakukan termasuk time tablenya. "Masih ada waktu sekitar satu bulan, bisa saja pada saat penerbitan nanti kondisi pasar menggembirakan karena pasar sifatnya sangat dinamis," katanya. Sebelumnya pemerintah merencanakan penerbitan SUN Ritel atau Obligasi Negara Ritel (ORI) sebesar Rp2 triliun pada Juli 2006 sebagai salah satu alternatif pembiayaan di APBN. Jumlah Rp2 triliun merupakan target indikatif. Jika nantinya permintaan dari masyarakat besar, tidak tertutup kemungkinan untuk mempertimbangkan kenaikan jumlah itu. ORI merupakan obligasi negara yang dijual kepada individu atau perseorangan warga negara Indonesia melalui agen penjual dengan volume minimum telah ditentukan.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006