Beijing (ANTARA) - Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin pada Selasa memulai kunjungan resmi dua hari ke China untuk memperkuat kerja sama ekonomi kedua negara.

Kunjungan tersebut dilakukan setelah para pemimpin kelompok tujuh negara maju (G7) mengeluarkan peringatan keras terhadap China dan Rusia pada KTT di Hiroshima pekan lalu.

Dalam Forum Bisnis Rusia-China di Shanghai, Mishustin mengatakan negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi terhadap Moskow pada level yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak tahun lalu untuk menghancurkan ekonomi negaranya, menurut kantor berita Rusia Sputnik.

Negara-negara Barat menerapkan berbagai sanksi terhadap Moskow sebagai balasan atas invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2022.

Namun, Beijing muncul sebagai penyokong ekonomi bagi Moskow tahun lalu, terutama melalui pembelian energi.

Mishustin mengatakan kerja sama bilateral di sektor energi adalah "prioritas mutlak" karena Rusia adalah pemasok utama minyak untuk China dan pengekspor gas alam cair bagi negara itu. Pembelian batu bara juga terus meningkat, menurut laporan kantor berita Tass.

Pada Desember 2022, negara-negara Barat menetapkan batasan harga pada minyak mentah Rusia untuk menekan sumber pendapatan utama Moskow sebagai hukuman atas perang yang sedang berlangsung di Ukraina.

Namun, China menentang sanksi tersebut dan terus membeli energi dari Rusia sang negara tetangganya itu.

Kunjungan Mishutin itu merupakan lawatan pertamanya ke China sejak ia menjabat pada 2020.

Dia dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Li Qiang di Beijing pada Rabu, menurut Kedutaan Besar Rusia di China.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan pada konferensi pers, Selasa, bahwa dia berharap kunjungan itu akan menjadi suntikan untuk memperkuat kerja sama dan pertukaran antara kedua negara di berbagai bidang.

Ketika ditanya tentang kekhawatiran beberapa negara Barat terhadap hubungan ekonomi China-Rusia yang makin lengket, Mao mengatakan kerja sama Beijing dan Moskow "tidak menargetkan pihak ketiga mana pun dan akan bebas dari gangguan dan paksaan."

"China akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk secara tegas melindungi hak-hak yang sah dan legal, serta kepentingan perusahaan-perusahaan China," katanya.

Sumber: Kyodo-OANA

Baca juga: Rusia sebut KTT G7 penghasil "histeria" anti-Rusia dan anti-China

Baca juga: Menelaah kebimbangan negara-negara G7 dalam berhadapan dengan China

 

Pesan damai Presiden Xi Jinping disambut gembira di Rusia

Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2023